PURWAKARTA-Puluhan Petani sawah tadah hujan di Blok areal pertanian Kp.Warung Jeruk Kecamatan Tegal Waru, saat ini mulai dihantui bayang bayang kekeringan di areal sawah garapan mereka.
Hal itu menyusul mulai menyusutnya air sungai yang melintas ditepian jalan Plered -Tegal waru.
Baban salah seorang petani penggarap sawah di Blok Warung Jeruk, Rabu (15/5). Terlihat sibuk memompakan air dengan alkon,untuk menyiram tanaman palawija yang dibudidayakannya.
Baca Juga:Tiga Pilar Pembangunan Desa di JabarKecamatan Plered Dipimpin Putra Daerah
“Ini mah musibah musiman, petani disini mah sudah hapal betul kalau air sungai ini surut. Tak lama lagi kekeringan akan melanda areal sawah disini,” terang Baban.
Baban menuturkan, sumber utama pasokan air untuk areal sawah di Blok Warung Jeruk, adalah sungai kecil ditepi jalan yang bermuara di pegunungan.
“Waktu saya kecil mah, air sungai disini tak pernah surut dan menjadi andalan pasokan air di sawah kami. Tapi sekarang ini musim tanam II, sungai ini mulai surut,” kata Baban.
Hanya saja,sejak pegunungan yang menjadi kawasan resapan air hujan di selatan areal sawah, banyak penambangan batu. Air makin lama makin berkurang.
“Dan itu membuat para petani sawah disini sudah bertahun tahun pasrah pada keadaan. Sebab tak ada solusi dari pemerintah baik daerah maupun pusat,” tutur Baban.
Saat inipun, petani sudah terlanjur tanam padi sekitar dua pekan yang lalu. Meskipun terlihat hijau, tapi untuk waktubt umbuh hingga tiga bulan kedepan agaknya bakal terkendala pasokan air.
“Jadi sih jadi dan mungkin juga bisa panen. Akan tetapi andai ditengah pertumbuhan terjadi kekeringan, alhasil panen bakal menuai fuso,” imbuhnya.
Baca Juga:DKUPP Temukan Produk Kadaluarsa, Parcel Harus Diberi KeteranganGuru Honorer K2 Tolak Guru Impor
Ancaman kekeringan itu ,tanda tandanya sudah mulai tampak. Seperti pasokan air, kedua cuaca panas. Yang berdampak pada retak retaknya areal pesawahan pasca tandur.
Sebenarnya karena kerap merugi, para petani asli disini mah sudah hengkang jauh-jauh menjual lahannya. Kini kepemilikan lahan kebanyakan bukan warga sekitar Tegalwaru lagi.
“Ini sawah yang saya garap, pemiliknya orang Jakarta. Tapi kalau ada yang beli mah, akan dijual. Sebab saya garap tanam palawijapun air selalu kurang,” pungkasnya.(dyt/dan)