Lima wilayah itu, yakni Purwakarta, Subang, Karawang, Bekasi dan sebagian Indramayu. Karena itu, ketersediaan air untuk dua musim, yaitu musim gadu (kemarau) dan musim rendeng (penghujan) harus tetap tersedia. Supaya, tidak ada konflik di tingkat petani yang berebut air.
“Jika diuangkan, air yang digelontorkan dari Waduk Jatiluhur berikut sumber mata air yang kami kelola untuk kepentingan irigasi (pertanian), mencapai Rp 13,86 triliun per tahunnya,” ujar Saefudin.
Sementara itu, General Manager Wilayah III Jasa Tirta II, Agus Suranto, mengatakan, sungai yang melintasi Bendung Leuwi Nangka ini dinamakan Sungai Ciasem. Sungai ini, merupakan salah satu aliran air terbesar yang ada di Kabupaten Subang. Karena itu, keberadaannya sangat penting. Terutama, bagi petani.
Baca Juga:Program Sideka Sinergi dengan Subang JawaraPT LMS Siapkan Fasilitas Tambahan untuk Pemudik
“Memasuki musim kemarau ini, kami di wilayah III selalu berupaya untuk menyediakan air sesuai kebutuhan petani. Supaya tidak berebut, maka kita berlakukan sistem gilir giring. Airnya digilir sesuai golongan, serta digiring supaya wilayah paling hilir tetap kebagian,” ujarnya.(mas/vry)