KALIJATI-Berwajah cantik dan usia belia, tak lantas menjadikan dirinya dipenuhi oleh perasaan gengsi seperti kebanyakan kaum muda masa kini. Sebagai perempuan usia belasan tahun, dia sama sekali tidak malu membantu orang tuanya berdagang.
Dialah Nita Lestari, perempuan yang baru saja lulus SMA itu. Setiap sore selalu sibuk mempersiapkan beberapa adonan gorengan yang akan dijajakannya. waktu menuju buka puasa adalah waktu yang pas untuk Nita menjajakan gorengannya.
Cukup mudah juga ditemui, saat menjelang sore hari. Selama bulan Ramadhan ini. Nita sudah stand by di perempatan Marengmang I Desa Marengmang Kecamatan Kalijati.
Baca Juga:Summarecon Emerald Karawang Rangkul UMKMRodalink Gelar Night Ride Ramadhan
“Kalau mau beli gorengan saya, mudah sekali datang saja ke prapatan Marengmang I. Saya sudah siap melayani pesanan pembeli dan pelanggan,” katanya.
Saat ditemui Pasundan Ekspres, Nita mengaku sudah biasa berdagang membantu orang tuanya sejak usia Sekolah Dasar, menurutnya meringankan beban orang tua bukanlah pekerjaan yang memalukan.
“Jualan sejak kelas 6 SD atau 1 SMP lah, sekitar itu tepatnya lupa lagi. Kalau waktu masih sekolah jualannya malam hari. di pasar tumpah atau orang hajatan gitu. Pokoknya di tampat yang rame-rame aja mangkalnya. Siang juga waktu sekolah suka sambil jualan sih. Kadang bawa ES, cemilan, apa aja, lumayan buat tambahan uang jajan,” jelasnya.
Berbeda dengan perempuan seusianya, yang sibuk urus gaya rambut yang sama dengan anggota K-Pop favorit. Nita malah sibuk dan merasa bangga bisa membantu orang tuanya. Baginya berdagang membantu orang tua adalah cara menjalani hidup agar lebih semangat.
“Jika Bapak dan Ibu saja rela bekerja apapun untuk bahagiakan anaknya. Berarti bisa dong anaknya juga bantu apapun agar orang tuanya minimal bebannya terbantu. Menjadi tidak begitu berat, syukur-syukur bisa membuat mereka bangga,” tambahnya.
Sontak apa yang dilakukan Nita, mengundang decak kagum orang-orang terdekatnya. Tidak banyak anak-anak seusianya yang memiliki pola pikir seperti dirinya.
Sebut saja Tuti Ruhati teman sebayanya yang merasa kagum atas kegigihan Nita. Tuti menganggap Nita sebagai anak perempuan belia yang langka, yang memiliki pola pikir yang justru lebih maju, untuk memotivasi anak-anak yang lain seusianya.