“Tahun itu (2005), di Subang bisnis studio band sangat menjanjikan, tapi tidak sedikit juga yang gulung tikar. Karena jarang ada peminatnya,. Kunci keberhasilan dari bisnis ini yaitu memberi kebebasan, selama Sopan, dan bertanggung jawab, kita bebasin aja. Karena mereka datang, sewa studio kita prinsipnya kan sedang akan mengekspresikan musikalitasnya. Ya kita biarin aja, selama itu tadi, sopan dan bertanggung jawab,” tambahnya.
Berkat tangan dinginnyalah, Tibro Music Studio masih eksis hingga saat ini, disaat pebisnis studio band lain di Subang sudah berganti haluan menjadi pebisnis kuliner. Seno begitu sapaan akrab Suseno tetap merasa yakin jika musik adalah jalan hidupnya, terbukti kini perkembangan bisnis Seno tidak hanya pada studio band saja, dia mengembangkan bisnisnya sampai ke bisnis Vendor Soundsystem, Event Orgenaizer, hingga jual beli alat band.
“Kalau studio band itu bukan sekedar bisnis bagi saya, tapi juga sebagai laboratorium untuk membina para musisi-musisi muda di Subang. Hingga saat ini musisi Subang belum ada yang sukses bersaing dengan musisi kota lain seperti Bandung secara industri, padahal kalau musikalitas, dan kemampuan para musisi di Subang itu tidak kalah,” jelas Seno lagi.
Baca Juga:Taruna dan Guru SMKN 2 Subang Study Pertanian Ke BelandaSempat Vonis Bebas Pengadilan Negeri, Kejari Tangkap Terpidana Bilyet Giro
Maka dari itu, dia berharap Pemda bisa akomodir keperluan para musisi-musisi di Subang. Apalagi kedepan akan ada Subang Creative Centre. Seno merasakan betul saat ini event-event yang bisa mewadahi band-band lokal Subang tidak sebanyak ketika 10 tahun lalu, dimana festival-festival band menurutnya nyaris selalu ada dalam 1 bulan sekali. (idr/dan)