Oleh : Ilham Akbar
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial, Ilmu Politik dan Ilmu Hukum (FISIPKUM) Universitas Serang Raya
Suatu negeri akan menjadi makmur, apabila pendidikan di dalam negeri tersebut mempunyai semangat untuk menyebarkan ide-ide yang revolusioner. Pada saat ini pendidikan merupakan suatu hal yang paling menentukan dalam membawa negeri tersebut, menjadi negeri yang kokoh untuk berdiri di atas kakinya sendiri.
Apabila pendidikan di dalam negeri tersebut sudah berjalan dengan baik, maka tentu saja negeri tersebut, akan dipenuhi dengan orang-orang yang mempunyai semangat untuk membangun sebuah peradaban. Memang membangun pendidikan yang mendorong agar rakyatnya mempunyai intelektual yang baik, merupakan sesuatu yang tidak mudah.
Baca Juga:Pemdes Jatimulya Pasang Dolken untuk Tahan LongsorKelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Kecewa soal Pondok Bali
Tetapi bukan karena kesulitan tersebut, kita harus membiarkan kebodohan tersebut berkeliaran di mana-mana. Sebagai warga negara yang baik, maka sudah seharusnya kita membuat negeri ini menjadi negeri yang mengedepankan pendidikan yang bermutu.
Pendidikan yang bermutu akan terlihat dari bagaimana pendidikan di dalam negeri tersebut bisa melahirkan cendikiawan-cendikiawan yang tidak hanya berpikir secara normatif, tetapi juga harus mampu menenatang status quo dan diskriminasi yang sering kali menyiksa orang-orang yang tidak berdosa.
Jika kita dapat melihat ke belakang, ada beberapa bukti bahwa pendidikan yang bermutu bisa melahirkan seorang cendikiawan yang mempunyai kemampuan untuk menentang ketidakadilan yang ada di dalam negeri tersebut. Misalnya mengenai keruntuhan rezim komunis di Uni Soviet dan beberapa negara di Eropa Timur pada tahun 1989, tidak terlepas dari suatu kontribusi cerdas para kaum cendikiawan yang ada di negeri tersebut.
Misalnya Alexander Solzhenitysn (pemegang hadiah Nobel yang sarjana merangkap pengarang), termasuk cendikiawan yang memperjuangkan kebebasan berpikir sebagai sesuatu yang perlu untuk setiap masyarakat yang ingin maju. Begitu pun dengan Leslie Holmes, dalam bukunya, ia mencoba merangkum beragam pendekatan dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya yang berkembang untuk menjelaskan kejatuhan rezim komunisme di berbagai negara (terutama di Uni Soviet dan negara-negara Eropa Timur) sejak 1989.
Beragam pendekatan itu menjelaskan kejatuhan rezim komunis, karena faktor Gorbachev, kegagalan ekonomi, peran kekuatan oposisi, kompetisi dengan negara-negara Barat, koreksi dan reinterpretasi pada ajaran Marxisme (Budiardjo, 2008: 165).