Pada akhirnya, karena pendidikan kini sudah dialihfungsikan sebagai tempat untuk mendidik siswa-siswinya agar menjadi Youtuber, maka yang menjadi panutan bagi para siswa-siswi, bukan hanya para pahlawan yang telah gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan, tetapi juga para Youtuber yang mempunyai penghasilan sampai miliaran rupiah. Sehingga pantas saja jika negeri ini, mendapat julukan sebagai negeri pemuja Youtuber. Memang peristiwa tersebut, merupakan sesuatu yang sangat tidak pantas untuk tetap dianggap sebagai hal yang biasa.
Karena apabila pendidikan yang ada di negeri ini, telah bergeser untuk berkiblat terhadap para Youtuber, maka tentu saja hal ini akan membuat para generasi muda tidak mempunyai kemampuan untuk berpikir kritis. Lalu bagaimana Indonesia akan menjadi sebagai negara maju, jika para calon pemimpin di masa depannya saja telah diracuni oleh sesuatu yang membuat mereka menjadi tekurung di dalam sensasi yang tidak penting?
Maka dari itu, sudah seharusnya pendidikan yang ada di negeri ini dapat mendorong agar para siswa-siswi mempunyai kemampuan untuk berpikir kritis. Sekolah harus mempunyai inisiatif untuk memberikan wadah diskusi yang bermutu bagi para guru dan siswa-siswinya. Dan yang paling terpenting, sekolah harus menciptakan akal sehat kepada para siswa-siswinya, agar mereka mempunyai ide-ide yang revolusioner untuk menjadikan negeri ini sebagai negeri yang bermutu.(*)