Selain bentuk kujang, ia juga membuat cincin dari berbagai macam jenis batu. Kemudian aksesoris seperti cincin, gelang, tasbih, dan kalung dengan liontin dari batu.”Harganya menyesuaikan bentuk dan ukuran,” katanya.
Siapa sangka, seorang kawan menginformasikan akan diadakannya pameran di Kantor Kedutaan Besar Indonesia di London. Ternyata, batu Kujang buatannya lolos seleksi. Ki Nata kemudian mengirim sembilan batu kujang.
“Dari sembilan yang saya kirim, yang kembali tujuh. Artinya, laku dua,” tambahnya.
Ia bercerita, pernah ada seorang warga Paris di Argentina yang memesan batu buatannya. Namun, kiriman itu tak sampai, meskipun alamat yang tertulis dipastikan benar. Setelah dikirimkan kembali, ternyata kiriman tersebut kembali ke tangannya untuk kedua kalinya.
Baca Juga:kades Lemahabang Apresiasi Bakti Religi PolriAntusias, Ribuan Warga Ikuti Color Run 2019
“Ternyata memang ada aturan tertentu dari negara tersebut. Waktu itu saya mau kembalikan uang dia (pemesan), tapi dia menolak,” katanya.
Di samping itu, ia juga pernah mendapat pesanan dari Malaysia, Singapura, dan beberapa daerah di nusantara.”Yang belum (pernah) mendapat oesanan dari Papua,” katanya.
Ia juga meraih penghargaan dari MURI rekor 72 seniman, 72 karya, 72 menit tampil bareng dalam rangka HUT Jawa Barat ke-72.
“Saya diajak oleh seorang seniman dari Jawa Barat untuk ikut serta dalam kegiatan tersebut,” katanya.
Ki Nata juga bersyukur respon dari dinas terkait dan Persatuan Hotel Restoran Indonesia (PHRI) Karawang cukup baik. Ia kerap kali diberi kesempatan membuka stand di acara pemerintahan dan hotel-hotel.
“Omsetnya lumayan, bisa untuk mencukupi kebutuhan satu bulan,” katanya.(aef/ded)