Usung Sekolah Islam Berwawasan Welas Asih
Sekolah Menengah Atas Lazuardi Ideal Global Compassionate School atau yang dikenal dengan SMA Lazuardi Ideal GCS resmi di-launching di Purwakarta, Ahad (23/6). Mengusung sekolah berbasis Islam Berwawasan Welas Asih, SMA Lazuardi mengabungkan kurikulum dari berbagai negara.
LAPORAN: ADAM SUMARTO, Purwakarta
Sekolah yang berlokasi di Jalan Taman Pahlawan No. 33 Purwakarta ini merupakan SMA Islam Lazuardi Ideal ke-13 yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
Ketua Yayasan Lazuardi Hayati Dr Haidar Bagir mengatakan, Lazuardi merupakan sekolah islam berwawasan welas asih. “Istilah welas asih ini terjemahan paling bagus dari kata rahmah atau rahmat yang mengandung makna cinta dan belas kasihan,” ujarnya kepada koran ini saat ditemui di sela peresmian.
Baca Juga:Pembangunan Jalupang, Jalur Tenjo Laut-Gambar Sari paling Irit150 Santri Ikut Imtihan , Yayasan Al Fitri dan Pemdes Cijantung
Pihaknya sengaja menggunakan kata welas asih karena itu merupakan kosakata nusantara. “Kami ingin mendidik anak-anak kami bahwa Islam harus berinteraksi dengan budaya lokal. Terlebih saat ini pelajaran agama cenderung lebih bersifat simbolik, sehingga esensi agama itu kurang atau bahkan hilang,” kata dia.
Pria yang namanya masuk ke dalam daftar 500 Tokoh Muslim Berpengaruh Dunia Versi Royal Islamic Strategic Studies Center Yordania ini menjelaskan, esensi Islam itu Dinurrahmah atau agama welas asih.
“Nabi Muhammad Saw disebut Nabiyurrahmah, nabi welas asih. Sifat utama Allah SWT pun rahman dan rahim mengandung arti welas asih. Kami ingin yang kurang dari pendidikan itu adalah kepemilikan rahmah atau welas asih. Pendidikan itu bukan sekadar prestasi akademik atau kesuksesan, melainkan rasa kasih sayang,” ujarnya.
Terkait kurikulum, sambungnya, SMA Islam Lazuardi belajar dari berbagai negara. “Kami menggabungkan kurikulum Amerika, negara-negara di Eropa pada umumnya, hingga kurikulum Finlandia yang memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia,” ujarnya.
Bahkan, pihaknya pernah memiliki konsultan dari Finlandia dan memiliki kerjasama dengan beberapa perusahaan asal Finlandia. “Dan yang terpenting kami juga belajar dari budaya lokal, di mana kami ini pengagum konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara. Saya sudah keliling ke berbagai negara ternyata yang dibicarakan para ahli pendidikan modern itu ada di dalam pemikirannya Ki Hajar Dewantara,” kata Haidar Bagir.