Kedua, peran masyarakat. Saat ini sudah banyak komunitas-komunitas yang membagikan semangat budaya literasi kepada anak baik dalam bentuk perpustakaan keliling, menyediakan taman baca, menyerukan tagar di media sosial atau mendistribusikan buku bacaan. Alangkah baiknya jika komunitas-komunitas yang memiliki visi yang sama tersebut dapat dikoordinasi sehingga kegiatan yang dilakukan dapat terstruktur
Ketiga, memumbuhkan minat literasi anak di dalam keluarga. Yang mengambil peran terbesar dalam meningkatkan minat literasi anak adalah peran keluarga. Orang tua dapat memperkenalkan kebiasaan literasi dengan menciptakan suasana nyaman di rumah untuk membaca. Orang tua tidak hanya membelikan buku kemudian melepas begitu saja, tetapi juga mengajak anak bercerita kembali atau berdiskusi tentang isi buku. Namun hal tersebut harus sesuai dengan fase tumbuh kembang anak. Jika dipaksakan tidak akan efektif dan dapat menurunkan minat baca. Bagi anak yang belum dapat membaca, orang tua dapat membacakan bukunya dengan story telling. Selanjutnya setelah anak mulai dapat membaca sediakan buku dengan tulisan besar dan ilustrasi yang menarik.
Keempat, tidak memperkenalkan media hiburan televisi, playstation, atau gadget di usia dini. Di era globalisasi saat ini pasti dengan mudah kita dapat menemui media hiburan tersebut. Tidak perlu memperkenalkan sejak dini, cepat atau lambat anak akan mengenal media tersebut. Sebaiknya orang tua memperkenalkan budaya literasi daripada media hiburan terhadap anak di usia dini. Setelah minat literasi anak terpupuk selanjutnya anak akan mudah melakukan kegiatan literasi secara mandiri.
Baca Juga:Grand Opening Fakultas Ilmu AdministrasiMain Korek Api Rumah Terbakar
Peradaban suatu bangsa dipengaruhi oleh minat literasinya. Tentu saja kita semua perlu khawatir akan rendahnnya minat literasi anak Indonesia. Oleh karena itu setiap orang memiliki peran dalam meningkatkan minat literasi anak. Kunci dari perubahan besar berasal dari hal kecil yaitu memulai dari diri sendiri. Untuk menumbuhkan minat literasi pada anak dapat kita mulai dari diri sendiri terlebih dahulu. (*)