Banyak Pesanan Cindera Mata dari Luar Pulau Jawa
Ketatnya persaingan bisnis atau persaingan bekerja di suatu perusahaan, menjadi produktif dan inovatif adalah kunci ditengah percepatan informasi. Ekonomi kreatif keberadaannya saat ini memang perlu diperhitungkan. Berbahan dasar resin, tiga orang pemuda kreatif asal Tambakan memproduksi miniatur, gantungan kunci, hingga trophy/piala.
LAPORAN: INDRAWAN, Jalancagak
Salah satu dari tiga pemuda kreatif itu adalah Sugih Fadilah, yang berhasil membuka peluang usaha dari kemampuannya membuat miniatur atau gantungan kunci, dan trophy piala berbahan dasar resin.
Menurut Sugih, pergaulannya dengan resin dimulai sejak tahun 2017 lalu. Sugih memutuskan untuk membuat berbagai kreasi berbahan resin, namun tidak begitu saja tiba-tiba memproduksi miniatur, gantungan kunci, dan trophy/piala. Dia harus lebih dulu belajar bagaimana mengolah resin itu sendiri dan membuat cetakannya.
Baca Juga:Sahabat Akhirat dan Komunitas PPA Santuni Anak YatimSejak Hilang Kemarin, Balita Ditemukan Mengambang Tak Bernyawa
“Saya memulai sejak tahun 2017. Saya otodidak dan belajar hanya melalui youtube. Tahun itu belum langsung produksi, belajar dulu mengolahnya, bikin cetakannya, lumayan panjanglah,” jelasnya pada Pasundan Ekspres.
Seiring berjalannya waktu, kini Sugih ditemani kedua temannya Asep dan Ade, berhasil memetik buah dari hasil kerja keras dan belajar yang ditanamkan sejak tahun 2017. Melalui sosial media, seperti facebook, dan instagram, mereka memasarkan produknya. Pemesannya bahkan hingga luar Pulau Jawa.
Saat ini, Sugih semakin kebanjiran order, untuk pembuatan cindera mata, atau piala. Meski harus siang malam dikebut mengerjakan setiap orderan, karena proses yang dia kerjakan untuk mengolah resin, masih manual tidak dengan mesin.
“Kalau sedang banyak order, seperti sekarang, repot. Dari mulai bikin cetakan dari tanah liat, hingga proses cetak saya masih manual. Jadi bikinnya satu-satu, tapi dijalani aja, lumayan, ” tambahnya.
Adapun beberapa rangkaian proses untuk membuat kreasinya dari resin, Sugih menjelaskan langkah-langkahnya. Dari mulai membuat cetakan dari tanah liat, hingga menunggu kering bisa sampai 2 hari lamanya, kalau cuaca sedang bagus. Kemudian beranjak pada pencetakan, penghalusan, sampai proses terakhir yaitu pewarnaan.
“Belum lagi bahan-bahannya. Ini semua bahan dari tanah liat, resin. Obat pengeras, pigmen dan sebagainya, belum ada yang jual di Subang. Jadi harus belanja ke Bandung. Harganya murah bahan-bahannya itu, tapi proses perjalanan ke Bandungnya lumayan makan waktu kan. Sampai Subang belum tentu bisa kerja kita, paling cepet mulai besoknya,” tambah Sugih lagi pada Pasundan Ekspres.