PURWAKARTA-Industrialisasi yang terbangun dengan cepat dan membentuk sentra industri, telah menyedot tenaga kerja yang didominasi kaum muda Purwakarta tersentralistik kekawasan pabrik. Akibatnya, generasi muda melupakan jati dirinya, yang awalnya dari keluarga petani, pengrajin atau pembudi daya ternak.
Salah satu yang sangat kasat mata, dari sekian banyak profesi asli warga Purwakarta yang mulai minim peminat kaum muda adalah komunitas anyaman bambu. Hal itu dapat dideteksi dengan sulitnya mencari sentra industri rumahan kerajinan anyaman bambu di Purwakarta. Padahal sejumlah kecamatan di Kabupaten yang kini sedang menggenjot pariwisatanya, ketersediaan hutan bambu nyaris merata dan masih melimpah.
“Sulit menciptakan atau mengajak anak muda belajar anyaman bambu secara profesional,” terang Misan, warga Desa Cisalada yang ditemui disela sela giat Jumsih, Jumat (28/6).
Tak lebih sulit pula mencari pengrajin bambu yang saat ini masih bertahan dengan ketrampilanya. Kebanyakan sudah lanjut usia dan bahkan telah tiada. “Dulu di kawasan Jatiluhur, sebelum pabrik pabrik bermunculan banyak ditemukan pengrajin bambu yang khusus membuat bilik (bilah bambu yang dianyam digunakan untuk dinding rumah kayu, red),” lanjut Misan.
Baca Juga:Belasan Hektare Sawah di Tegalwaru Kekeringan hingga Gagal PanenKonstruksi Tol Elevated Sudah 86 Persen, Ditargetkan Selesai Bulan September
Padahal, Misan menuturkan, saat ini Purwakarta masih miliki areal hutan bambu yang tetap ada. Rumpun-rumpun bambu itu karena tak ada lagi pengrajin, terpaksa dijual mentah kepasaran,” imbuh Misan.
Menciptakan generasi baru pengrajin anyaman bambu, bukan hal mudah dan butuh waktu yang lama, dengan konsep yang kuat guna meyakinkan agar kaum muda tertarik. “Kita saat ini baru sadar. Saat peralihan mata pencaharian warga berubah dari pertanian ke Industri, ternyata banyak yang hilang di sekitar kita. Contohnya para pengrajin anyaman bambu,” tukasnya.(dyt/vry)