PURWAKARTA-Areal Pesawahan yang mengalami kekeringan, ternyata makin meluas. Kini tak hanya terdapat di areal pesawahan Desa Warung Jeruk Kecamatan Tegal Waru saja, areal Pesawahan di Desa Rawasari Kecamatan Pleredpun mulai terkena dampak kesulitan air. Bahkan di Desa Rawasari Kecamatan Plered, sejumlah pemilik sawah disana berinisiatif menggali sumur bor secara swadaya, di areal lahan sawahnya yang alami kekeringan.
Sejumlah pekerja pembuat sumur bor di Desa Rawasari yang mengerjakan usaha menyedot air tanah, mengaku mendapat order melakukan pemboran dengan sistem pembayaran menghitung ke dalaman sumur. “Kami menerima order dari pemilik sawah, permeter Rp 250.000. Setiap sumur bor di areal pesawahan, diprediksi akan mampu mengeluarkan air tanah pada ke dalaman 40-50 meter,” ungkap Radi salah seorang pekerja sumur bor yang ditemui di sela kesibukanya, Senin (1/7).
Disebutkan Radi, menggali sumur bor di areal pesawahan tak bisa dilakukan dengan sistem borongan. Persoalanya menyangkut kontur tanah yang tak selalu sama di setiap sawah yang dibor. “Meski kami membor lahan sawah, jangan dikira mudah. Di kedalaman sana, banyak sekali batu yang sangat mengganggu kami,” ungkapnya.
Baca Juga:Harganas, Bupati Ingatkan Kasih Sayang AnakDPUBMP Minta PT KCIC Segera Perbaiki Jalan
Radi menegaskan, tidak bersedia kalau menggali tanah untuk sumur bor di sekitar sini dilakukan secara sistem borong. “Para pemilik sawah, paling banter menawar jasa kami untuk satu titik sumur bor Rp 7 juta – Rp 8 juta. Kalau sistem hitung kedalaman, bisa mencalai Rp 10 juta pertitik,” jelasnya.
Menggali sumur bor di areal pesawahan, Radi menuturkan, merupakan pekerjaan baru. Hal ini dilakukan sebagai solusi kekeringan areal pesawahan, yang kini merambat semakin meluas. “Ini baru kali ini kami dapat order, menggali sumur bor disini. Kalau pemilik sawahnya sih itu tuh, yang rumahnya ada di bawah tower telepon seluler,” ungkap Rasi tanpa menyebut jelas siempunya sawahnya.
Sementara, petani lain warga Desa Rawasari yang hanya petani penggarap, tak mampu berbuat banyak terkait dengan kekurangan pasokan air diareal sawah garapan mereka. “Kalau petani penggarap seperti saya, yang hanya dapat bagian separo hasil panen dari pemilik sawah, tak mungkin membuat sumur bor yang biayanya dinilai relatif mahal. Akhirnya kita pasrah aja,” ungkapnya.