Ratusan Hektar Sawah Kekeringan
MAJALENGKA–Kekeringan melanda sejumlah daerah di Kabupaten Majalengka. Salah satunya di wilayah Kecamatan Kertajati. Selain ribuan hektare sawah gagal panen, kekeringan juga menyebabkan warga kesulitan mendapatkan air bersih.
Sumur bor yang digunakan sebagai media untuk memenuhi kebutuhan air sudah tidak lagi mengeluarkan air. Untuk mendapatkan air bersih, warga terpaksa mencari air ke tempat lain.
Di beberapa daerah, kondisi tanaman padi mulai mengering akibat kekurangan air. Padi yang sudah menguning dan siap dipanen mati tak berisi dan kering. Saking kesalnya, warga terpaksa mencabut tanaman padi dan membakarnya. Pasalnya, tananaman padi tersebut kering dan tidak bisa dipanen. Sementara Situ Cijeungjing seluas 14 hektare yang diandalkan masyarakat untuk mengairi sawah, kondisinya sudah mengering.
Baca Juga:Pemdes Lengkong Segera Realisasikan 7 Program Pembangunan FisikCamat Bujuk Satya Diet, Segera Mendapat Perawatan di RSUD
Kepala Desa Mekarjaya, Kecamatan Kertajati, Samsudin mencatat, ada ratusan hektare lahan pesawahan yang gagal panen akibat kekeringan. Baik itu lahan sawah milik petani ataupun lahan sawah tumpang sari milik Perum perhutani.
“Situ Cijeungjing yang biasa dimanfaatkan mengairi sawah sudah dangkal, sehingga tidak bisa menampung debit air dalam jumlah banyak. Situ yang dangkal hanya bisa menampung debit air sedikit, dan hanya bisa digunakan untuk mengairi sawah satu kali masa tanam. Itupun hanya bisa mengairi sawah sekitar empat puluh hektare saja,” terang Samsudin, kemarin
Selain gagal panen, dampak dari kekeringan juga terjadi pada sumur milik warga. Ratusan kepala keluarga di dua dusun di Desa Mekarjaya sulit untuk mendapatkan air bersih. Padahal sumur pompa ditanam lebih dari 18 meter dari permukaan tanah. “Warga terpaksa mencari air ke lokasi lain atau ke tetangga dusun, dan itupun airnya sudah mulai menipis,” pungkasnya.
Salah seorang warga, Casudin berharap pemerintah segera memberikan bantuan air bersih serta memperbaiki situ tempat penampungan air. Jika dibiarkan berlarut-larut, Casudin menilai aktivitas warga akan sangat terganggu dan akan menimbulkan kerugian yang tidak sedikit.
Menurutnya, kerugian akan dialami oleh para petani. Sementara karena menanam padi adalah mata pencaharian mayoritas warga. Jika harus menggunakan pompa, lanjut dia, biaya yang dikeluarkan juga akan semakin besar dan belum tentu sepadan dengan hasil panen. “Masalahnya air tanah juga sudah semakin menipis. Jadi untuk mendapatkan air, harus mengebor sangat dalam dan jelas ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Kami berharap ada solusi secepatnya dari pemerintah,” harap Casudin. (rcb/sep)