“Kami sudah mengadakan rapat terbatas lintas instansi untuk penanganan kekeringan, mulai dari pemda, Polres Karawang, TNI, dan PDAM,” katanya.
Sementara untuk jangka panjang, kata dia, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Karawang akan membanguan penampungan tadah hujan di lima titik di Kecamatan Tegalwaru.
“Semua pihak tengah bergerak. Lalu Sekretaris Daerah (Sekda) juga akan menyurati industri untuk membantu penanganan air bersih,” katanya.
Sementara, Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Karawang Wawan Kuswandi mengatakan, sebanyak 512 hektar lahan pertanian di delapan kecamatan terancam kekeringan, yakni Telukjambe Barat, Jatisari, Batujaya, Pakisjaya, Cibuaya, Pangkalan, Tegalwaru, dan Cilamaya Wetan. Pembagian debit air irigasi yang tidak optimal diduga salah satu penyebab ratusan hektar lahan terancam kekeringan.
“Kalau kita hitung beberapa hari lagi, jika air tidak masuk . Mungkin akan semakin meluas lahan yang terancam kekeringan,” kata Wawan.
Baca Juga:Bupati Lantik Acep Jamhuri sebagai Sekda BaruSatnarkoba Polres Karawang Amankan 24 Bungkus Sabu
Di Karawang, kata dia, terbagi menjadi dua irigasi. Pertama adalah teknis dan irigasi pedesaan. Persoalan irigasi teknis adalah pembagian air dan irigasi pedesaan kering saat kemarau.
Wawan mengatakan, pembagian debit air di irigasi teknis terkendala karena petani yang berada di pembagian golongan 1, enggan memulai tanam. Sementara air enggan dialihkan untuk ke wilayah lain.
“Alasannya itu karena habis lebaran. Padahal air sudah menggenangi lahannya. Tetapi jika kita alihkan, mereka pasti marah. Padahal kita sudah imbau, agar segera melakukan tanam,” katanya.
Sementara untuk sawah tadah hujan yang rawan mengalami kekeringan, ia menyarankan petani untuk menanam palawija.
“Solusinya lainnya, kami juga buat beberapa embung. Kemudian ada satu desa yakni Desa Mulangsari yang juga dibangunkan lima sumur pantek,” katanya.(aef/ded)