Berdasarkan survei DPM-Desa, ada 77 desa yang masuk Desa Mandiri. Hal tersebut tidak lepas dari inovasi dan kolaborasi yang menjadi spirit Pemdaprov Jawa Barat dalam meningkatkan keberpihakan kepada masyarakat desa.
“Dalam Peraturan Menteri, indikatornya di situ macam-macam ada disebutkan tentang dimensi pelayanan, dimensi kesehatan, dimensi keberdayaan masyarakat, akses pendidikan dasar, memiliki solidaritas sosial, memiliki toleransi, akses ke lokasi air bersih, akses minum yang layak, akses sanitasi, perdagangan, keterbukaan wilayah terhadap lingkungan ekonomi, kualitas lingkungan, semua itu dinilai,” katanya.
“Ada rentang yang harus dipenuhi, seperti akses ke SD. Saat akses ke SD, misalnya, lima kilometer suruh jalan kaki, dengan adanya Jantung (Jembatan Gantung) Desa jadi hanya ratusan meter. Itu berubah. Itu bisa menjadi indikator capaian Desa Mandiri,” lanjutnya.
Baca Juga:Dianggarkan Rp290 Juta, Kajian Pemindahan Pusat Pemerintahan Bergulir Sejak 2018Bukit Santiong, Area Baru Take Off Paralayang yang Mulai Dikenal Tingkat Nasional
Karena mampu melebihi target yang telah ditetapkan, Dedi Supandi optimistis Desa Mandiri di Jawa Barat akan bertambah signifikan setiap tahunnya dengan deretan program Desa Juara. Dia pun berharap ketimpangan antara pedesaan dan perkotaan terus terkikis. Sehingga, pernyataan tinggal di desa, rezeki kota, yang kerap didentumkan Ridwan Kamil dapat terwujud dengan cepat.
“Dengan beberapa program, kalau sekarang jadi 77, berarti kan kenaikan itu hampir 100 persen dari 37 Desa Mandiri. Artinya, program pro desa dengan kolaborasi dan inovasinya mampu mengejar ketertinggalan dan cocok untuk diterapkan,” katanya.
“Kita harap ke depan bahwa desa menjadi pusat keuangan, pusat dari pada government, dari posisi di situ tidak lagi berduyun-duyun datang ke kota besar,” tutupnya. (HUMAS JABAR)