Dikatakannya, jangankan seluruh isi Alquran, satu kata pun sulit untuk bisa menangkap arti secara keseluruhan. Sehingga ada sebagian yang berpandangan bahwa bukan terjemahan Alquran melainkan terjemahan makna yang dikandungnya.
“Dalam itjimak ini apapun yang disepakati itulah yang terbaik,” katanya.
Alquran menurutnya bukan semata bahasa arab, Alquran adalah bahasa Allah. Karena banyak sekali kosakata, diksi, istilah dan ungkapan yang tidak semua orang arab dengan mudah memahami.
Di Indonesia Alquran pertama kali diterjemahkan oleh Departemen Agama pada tahun 1965. Kemudian direvisi kembali pada tahun 1989 sampai 1990 dimana revisinya lebih kepada penyesuaian bahasa saja tidak pada substansi. Revisi terjemahan secara menyeluruh dilakukan pada tahun 1998 sampai 2002.
Baca Juga:Wagub Jawa Barat: TMMD Ke-105 Wujud Budaya Gotong RoyongPemdaprov Jawa Barat Sepakati 25 Bidang Kerja Sama dengan Maluku Utara
“Sejak 2016 kami di Kemenag merasa perlu untuk kembali menerjemahan Alquran diteliti dan dicermati apakah ada bagian-bagian tertentu yang terjemahannya memerlukan penyesuaian,” ujar Lukman. (HUMAS JABAR)