Seperti kita ketahui, cita-cita pendidikan nasional sangat selaras dengan tujuan literasi, yaitu menumbuh kembangkan budi pekerti yang baik, menumbuh kembangkan budaya literasi di sekolah maupun di masyarakat, dapat meningkatkan pengetahuan yang dimiliki dengan cara membaca berbagai informasi yang bermanfaat, dapat meningkatkan kepahaman seseorang dalam mengambil inti sari dari bacaan, mengisi waktu dengan literasi agar lebih berguna, memberikan penilaian kritis pada karya tulis seseorang, memperkuat nilai kepribadian dengan membaca dan menulis.
Di era teknologi saat ini, pendidikan literasi banyak digaungkan oleh para praktisi pendidikan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang tidak hanya cerdas dalam bidang akademik, akan tetapi juga memiliki pola pikir kritis dan logis. Dalam hal ini tentu saja tidak melulu harus terpaku pada pembelajaran di sekolah. Orang tua di rumah sangat berperan dalam menanamkan pendidikan literasi pada anak-anak mereka mulai dari usia dini.
Tujuan utamanya bukan hanya menekankan pada kemampuan anak untuk membaca atau menulis. Kedua hal tersebut dijadikan landasan untuk meraih tujuan yang lebih luas, yaitu membentuk generasi yang mampu berpikir kritis dalam menyikapi informasi pendidikan, literasi penting dimulai sejak usia dini demi terwujudnya bangsa yang kuat.
Baca Juga:IPHI Imbau Calon Haji Jaga KesehatanPemdes Kalijati Segera Susun RPJMDes
Jangan salahkan anak dalam bobroknya literasi bangsa karena banyak hal yang menjadi faktor keterpurukan literasi itu sendiri, antara lain: Kurangnya kepedulian orang tua dalam memperkenalkan literasi sejak dini. Aktivitas membaca masih belum menjadi kebiasaan dalam keluarga. Orang tua hanya sekedar mengajarkan membaca dan menulis kepada anak mereka, bisa tetapi belum terbiasa. Seharusnya, budaya literasi diperkenalkan dan dibiasakan sejak kecil.
Orang tua tidak sungguh – sungguh dalam memberikan pemahaman tentang pentingnya literasi, sehingga anak menjadi ogah-ogahan. Ditambah lagi dengan kesibukan orang tua diluar rumah sehingga lupa akan tanggung jawabnya membangun pondasi karakter anak.
Teknologi yang makin canggih di era globalisasi ini turut ambil bagian berkurangnya budaya literasi di Indonesia. Anak-anak lebih suka bermain dengan handphone dari pada membaca. Membaca menjadi terasa membosankan dibandingkan dengan bermain handphone mereka.