Tingginya minat membaca buku seseorang itu berpengaruh terhadap mental, prilaku dan wawasannya. Banyak orangtua yang memiliki minat literasi yang rendah, sehingga mengirimkan anaknya ke sekolah dengan prinsip laundry atau terima beres, tanpa ikut berperan aktif didalamnya. Hal ini terjadi tidak hanya di sekolah-sekolah yang bertaraf nasional plus, ataupun internasional tetapi juga di sekolah-sekolah negeri biasa. Kesibukan para orangtua, ditambah dengan kurangnya minat baca para orangtua menjadikan sekolah itu sebagai tempat laundry bagi anak-anak mereka. Dengan harapan terima beres, tanpa mengetahui perkembagan dan pertumbuhan dari si anak secara signifikan.
Selain itu, perkembangan teknologi yang semakin canggih, dengan semakin banyaknya jenis games yang ada serta konten-konten lainnya yang kurang bermanfaat untuk meningkatkan minat baca anak. Mereka mampu menghabiskan waktu berjam-jam untuk itu semua.
Faktor infrastruktur pendidikan yang kurang memadai seperti laboratorium komputer, akses internet serta penyediaan buku-buku yang terbatas di perpustakaan sekolah juga merupakan faktor penghambat rendahnya minta baca anak. Dengan melihat kondisi anak yang jauh dari budaya membaca mereka hanya hanya unggul dalam hafalan namun lemah dalam penalaran. Selain itu lemahnya literasi anak akan menyebabkan kekreatifitasannya tidak berkembang.
Baca Juga:Buka Peluang Kerja, STTD Gelar Diklat PemberdayaanPenjabat Kades Pusakaratu Siap Penuhi Target PBB dan PADes
Mereka yang enggan menambah ilmu pengetahuan serta meng-upgrade dirinya dengan informasi terbaru yang ada akan menimbulkan ketidakpedulian. Lambat laun hal ini akan membuat si anak akan menutup diri, serta sibuk dengan dunianya sendiri bahkan sampai mengabaikan terhadap lingkungan sekitarnya.
Melihat keadaan tersebut, keluarga merupakan pemeran utama dalam meningkatakan minat baca anak. Kesadaran akan pentingnya membaca itu sendiri seharusnya sudah ditanamkan sejak usia dini, bahkan sejak anak itu lahir diajak berkomunikasi dan dibacakan cerita, sehingga Ia akan mempunyai kemampuan verbal yang lebih tinggi. Pada saat ia mulai masuk di usia dini, dimulai dari memperkenalkan buku-buku cerita yang menarik, ikut membacakan story telling pada anak, mulai dari imajiner maupun pengetahuan lain dan melibatkan anak ketika hendak membeli buku.
Selain itu, guru dan sekolah juga berperan penting didalamnya. Guru dapat memberikan arahan kepada siswa untuk bijak dalam membaca literasi digital yang beredar di internet. Guru dapat mengajarkan cara menganalisis kebenaran literasi itu dari judul, foto dan sumber yang ada didalamnya. Dengan begitu, generasi muda tidak akan mudah terprofokasi oleh berita hoaks maupun konten- konten pembunuh nalar. Selain itu guru juga harus memiliki minat literasi yang tinggi dan mengajar dengan metode yang interaktif, agar anak termotivasi untuk lebih giat lagi membaca.