LEMBANG-Kurangnya sarana hiburan bagi anak-anak, lubang bekas galian pasir yang menyerupai kubangan di Lembang Kabupaten Bandung Barat (KBB), disulap menjadi kolam renang. Lokasinya yang berada di kawasan padat penduduk di Kampung Babakan Ampera Desa Jayagiri Lembang membuat anak-anak senang.
Apalagi, saat ini merupakan suasana liburan sekolah, sehingga ada kesenangan tersendiri bermain air. “Senang ada kolam renang di sini, jadi enggak harus jauh-jauh ke Lembang kalau mau berenang. Tarifnya juga murah, sekali renang cuma bayar Rp3.000,” kata Faisal (13) seorang bocah kelas 4 SD di Lembang, Jumat (12/7).
Menurut pengelola kolam renang, Rukmini, sebelum menjadi kolam renang anak, awalnya tempat tersebut adalah area bekas penggalian tanah. Setelah aktivitas penggalian terhenti, lubang bekas galian dibiarkan. “Tetapi anak-anak sering datang kemari dan meminta bekas galian diisi air biar mereka bisa renang,” kata Rukmini.
Baca Juga:Budaya Membaca Menghasilkan Generasi UnggulBuka Peluang Kerja, STTD Gelar Diklat Pemberdayaan
Keinginan para bocah akhirnya terwujud pada akhir 2018, pemilik lahan yang juga saudara kandung Rukmini bernama Dede berinisiatif membuat kolam sederhana bagi anak-anak di Kampung Babakan Ampera agar bisa berenang gratis.
Apalagi, sebelum ada kolam renang, dia melanjutkan, anak-anak di sekitar rumahnya sangat kecanduan terhadap gawai atau permainan di handphone. “Buat hiburan anak-anak. Dari pada main handphone, kan lebih baik disalurkan dengan berenang. Anak-anak juga jadi senang,” ujarnya.
Karena semakin banyak anak-anak yang datang, Rukmini melanjutkan, Dede kemudian membuat kolam renang yang lebih luas yang dinamai Si Bolang Ngojay. Terlebih, Dede akan menjelang pensiun dari pekerjaannya sebagai PNS sehingga dia memiliki kesibukan di rumah dengan membangun kolam renang pribadi.
“Lumayan kan, untuk hiburan anak-anak sekitar sini. Kadang bukan hanya warga sini saja, dari kampung lain juga suka ikut berenang di kolam ini,” kata Rukmini,
Cerita menarik ketika membangun tiga kolam renang, dia mengaku, Dede harus menjual sekitar 14 ekor sapi atau menghabiskan uang hingga ratusan juta rupiah. Mahalnya biaya lantaran ongkos angkut material bangunan harus diangkut ojek sepeda motor.
“Soalnya, mobil tidak bisa masuk ke sini. Sehingga, untuk mengangkut material harus pakai ojek motor. Untuk satu kali antar semen, biayanya sampai Rp 10.000,”