Dalam bahasa sekarang iman adalah bersumber dari hati, ia merupakan dasar untuk munculnya kecerdasan spiritual dan moral. Dengan demikian dua kekuatan ini harus ada pada diri manusia, kekuatan iman dan ilmu, jika salah satu hilang maka ia akan jatuh pada derajat yang rendah.
Kekuatan iman merupakan bentuk dari kecerdasan spiritual. Menurut Zohar dan Marshall, penerjemah Helmy Mustofa (2005:25), kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang kita gunakan untuk membuat kebaikan, kebenaran, keindahan, dan kasih sayang dalam kehidupan sehari-hari, keluarga, organisasi, dan institusi.
Kecerdasan spiritual adalah cara kita menggunakan makna, nilai, tujuan, dan motivasi itu dalam proses berpikir dan pengambilan keputusan. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual (SQ) akan cenderung menjadi orang yang bijaksana dengan pembawaan yang tenang, memandang segala sesuatu dari sisi positif dan mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan bijaksana.
Baca Juga:Pengajian Rutin Muslimat NU Dihadiri Ribuan KaderPemdes Kalijati Barat Canangkan Program Tanggap Bencana
Orang yang memiliki kecerdasan spiritual (SQ) cenderung tidak terlalu memikirkan materi, yang menjadi tujuan hidup mereka adalah bagaimana membuat jiwa dan rohani bahagia dengan selalu berbuat baik kepada setiap orang.
Secara lebih khusus, Zohar (2001) mengidentifikasikan sepuluh kriteria mengukur kecerdasan Spiritual seseorang, yaitu: kesadaran diri, spontanitas, termotivasi secara internal, melihat kehidupan dari visi dan berdasarkan nilai-nilai fundamental, holistik, melihat sistem dan universalitas, kasih sayang (rasa berkomunitas, rasa mengikuti aliran kehidupan), menghargai keragaman, mandiri, teguh melawan mayoritas, mempertanyakan secara mendasar, menata kembali dalam gambaran besar teguh dalam kesulitan.
Apa yang dikemukakan oleh Zohar sesungguhnya merupakan tafsir dari bentuk amal shalih yang berasal dari Iman, sebagai sumber kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual dalam Islam menyatu bermuara dalam wujud kerja-kerja amal shalih atau amal baik sehingga mewujudkan kecerdasan emosional yang konsisten.
Apabila kita meneliti ayat-ayat Alquran, kata-kata yang memiliki arti kecerdasan, sebagaimana yang telah dijelaskan tersebut di atas, yaitu al-Fathanah, adz-dzaka’, al-hadzaqah, an-nubl, an-najabah, dan al-kayyis tidak digunakan oleh Alquran.
Definisi kecerdasan secara jelas juga tidak ditemukan, tetapi melalui kata-kata yang digunakan oleh Alquran dapat disimpulkan makna kecerdasan. Kata yang banyak digunakan oleh Alquran adalah kata yang memiliki makna yang dekat dengan kecerdasan, seperti kata yang seasal dengan kata al-‘aql, al-lubb, al-fikr, al-Bashar, al-nuha, al-fiqh, al-fikr, al-nazhar, al-tadabbur, dan al-dzikr. Kata-kata tersebut banyak digunakan di dalam Alquran dalam bentuk kata kerja, seperti kata ta’qilun. Para ahli tafsir, termasuk di antaranya Muhammad Ali Al-Shabuni, menafsirkan kata afala ta’qilun.