Oleh Vita Ratna Sari, S.Keb., Bd.
Bidan di RSUD dr Mohamad Soewandhi, Surabaya dan Reworker di Pusat Pengembangan Jurnal dan Publikasi Ilmiah Universitas Airlangga, Surabaya
Menyusui merupakan salah satu langkah pertama yang dapat dilakukan untuk mendapatkan kehidupan yang sehat dan sejahtera bagi seorang individu. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif tanpa makanan tambahan lain sejak bayi lahir hingga 6 bulan pertama kehidupan bayi sangat penting untuk proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kandungan ASI yang sangat kompleks yaitu vitamin, protein, karbohidrat, lemak dan mineral alami mudah dicerna oleh bayi. Selain itu ASI juga mengandung zat antibodi pembentuk kekebalan tubuh yang membantu melawan bakteri dan virus.
Menurut data WHO tahun 2015, kurang dari 40 persen anak di bawah usia enam bulan diberi ASI Eksklusif . Hal tersebut belum sesuai dengan target WHO yaitu meningkatkan pemberian ASI eksklusif dalam 6 bulan pertama sampai paling sedikit 50 persen. Ini merupakan target ke lima WHO di tahun 2025 (WHO, 2014). Di Indonesia, bayi yang telah mendapatkan ASI eksklusif sampai usia enam bulan adalah sebesar 29,5 persen (Profil Kesehatan Indonesia, 2017). Hal ini belum sesuai dengan target Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 yaitu persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif sebesar 50 persen.
Baca Juga:Kekeringan di Pantura jadi Perhatian, Pemkab Terus Upayakan SolusiSatu Unit Rumah Hangus Terbakar
Penyebab rendahnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kurangnya pengetahuan dan sikap positif ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif, adanya campur tangan keluarga dan masyarakat dalam tradisi atau kepercayaan tertentu dalam perawatan bayi khususnya pemberian ASI Eksklusif, gencarnya media dalam mempromosikan penggunaan susu formula.
Selain itu, salah satu masalah di beberapa negara maju dan berkembang adalah banyak ibu karir yang tidak menyusui secara eksklusif. Di Indonesia hampir 9 dari 10 ibu pernah memberikan ASI, namun penelitian IDAI (Yohmi dkk, 2015) menemukan hanya 49,8 persen yang memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan sesuai rekomendasi WHO. Rendahnya cakupan ASI Eksklusif pada ibu karir disebabkan oleh ketersediaan fasilitas dan waktu untuk memberikan ASI Eksklusif, serta pendeknya waktu cuti melahirkan yang diberikan pada ibu menyusui yang bekerja.