PURWAKARTA – Berawal dari kegelisahannya melihat tumpukan sampah plastik di areal sawah dekat rumahnya, Ahmad Sudarna (40) Guru SDN Karoya I Tegalwaru Purwakarta, menciptakan alat tepat guna berupa alat penyulingan sampah menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) Alternatif.
Ahmad mengatakan tercetusnya ide membuat alat penyulingan atau yang dinamainya destilator tersebut, atas kebingungannya melihat sampah plastik apalagi sampah plastik merupakan salah satu limbah yang tidak bisa diurai.
“Awalnya kebingungan saya melihat sampah plastik diareal sawah mau diapakan, ya akhirnya saya coba buat alat tepat guna, berupa penyulingan sampah plastik menjadi bbm alternatif,” ujar Ahmad ketika ditemui di Kantor PGRI Tegalwaru, Purwakarta. Kamis (18/7).
Baca Juga:Siswa SDN 1 Cicinde Selatan Terpaksa Belajar di PerpustakaanKabupaten Karawang Ditetapkan jadi Daerah Rintisan Ispirasi
Alat yang ia buat untuk menyulap sampah plastik jadi BBM ini dibuat dari bahan-bahan sederhana, yakni kaleng dan pipa besi, kemudian bahan pendukung lain seperti kayu bakar dan tungku. Melalui alat tersebut, proses pengelolaan sampah plastik menjadi BBM ini disebut Pyrolysis. Selama 2 tahun, dirinya terus mengembangkan alat tepat guna tersebut, yaitu sejak 2012 dan disempurnakannya pada 2014.
Secara teknis alat yang ia buat adalah hasil kondensasi gas dari sampah plastik sehingga menjadi fase cair. Hasil kondensasi inilah yang bisa digunakan sebagai BBM yang setara dengan bensin dan solar. BBM dari pemakaian sampah ini keluar dari pipa yang sudah tersambung dengan kaleng yang dipanaskan. Untuk 1 kg plastik botol bisa menghasilkan 1 liter adapun sampah plastik berbentuk kantong menghasilkan 0,78 liter untuk 1 kilogramnya.
“Ya, caranya cukup sederhana. Kita daur ulang sampah plastik dengan alat pembakar itu. Sampah plastik tersebut dimasukan kedalam kaleng dan dipanaskan, yang hasilnya berbentuk cair,” katanya.
Bahkan hasil cairan tersebut memiliki oktan, setelah sebelumnya pihak Institut Teknologi Bandung, mengecek kadar oktan dari penyulingan tersebut, diketahui nilai oktannya sebesar 85.
Sedangkan untuk hasil penyulingan sendiri, Ahmad mengatakan sudah ada beberapa pihak pengepul BBM hasil olahan sampah plastik, bahkan untuk kebutuhan bahan bakar kendaraannya sudah menggunakan bahan bakar ciptaannya tersebut.
“Sudah ada pengepulnya bahkan dari Wanayasa dan Jatiluhur yang menggunakan BBM hasil penyulingan, bahkan selama saya menggunakan di motor saya tidak ada masalah sama sekali,” ungkapnya.