NGAMPRAH-Rumah yang berdekatan dengan kantor kepala daerah tak menjamin pelayanan kesehatan masyarakat diperoleh dengan mudah. Hal ini dialami Rusmana (17) warga kurang mampu asal Kampung Cijamil RT 3 RW 6 Desa/Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Anak pertama pasangan Ujang Supriatna dan Sanariah ini hanya bisa berbaring di tempat tidur karena selama setengah tahun ini menderita tumor ganas di kepala hingga menjalar ke mata dan leher. Padahal, rumah Rusmana hanya berjarak 1,5 km dari komplek perkantoran Bupati Bandung Barat di Ngamprah.
Menurut kelompok relawan kemanusiaan, Real Action Bandung yang telah menjenguk Rusmana, awalnya Rusmana merasakan ada benjolan kecil atau bengkak di lehernya. Setelah dipijat dan dibawa berobat ke puskesmas, benjolan itu hilang atau kempis.
Baca Juga:16 PKM Diakreditasi, Tingkatkan Kinerja dan Layanan MedisSinergi TNI dan Warga Jaga Kebersihan
“Tetapi, setelah itu banyak bentolan dan nanah di tubuhnya. Kemudian ada pembengkakan lagi di sekitar leher kanan yang menjalar ke leher bagian kiri dan semakin membesar,” kata Egi, perwakilan Real Action Bandung, Jumat (19/7).
Bahkan, lanjut dia, penyakit itu menjalar ke kepala hingga bola mata kanannya nyaris menyembul keluar dan menyebabkan penglihatannya hilang, pendengarannya kurang, berat badannya pun turun menjadi hanya 36 kilogram. “Sampai detik ini belum ada pengobatan atau langkah apa yang harus diambil karena harus menunggu hasil CT scan. Rusmana sudah punya BPJS untuk bahan rujukan CT scan di RS Hasan Sadikin,” ujarnya.
Berdasarkan cek hasil laboratorium yang sebelumnya pernah diperiksa, Rusmana memiliki riwayat penyakit tumor ganas yang menjalar di tubuhnya. Dia mengatakan, Sanariah bercerita jika harta benda di rumah sudah habis dijual untuk mengobati anaknya ini. “Kami sempat bertanya kepada Sanariah, apakah sudah ada bantuan? Dia mengaku belum ada, justru yang pertama kali memberikan bantuan adalah kami,” tuturnya.
Kepada Real Action Bandung, sang ibu meminta sedikit bantuan agar anaknya lebih gampang diobati. Sebab, suatu saat ketika membawa Rusmana ke RS Hasan Sadikin, ia harus dibawa naik kereta api.
Saat tiba di Stasiun Bandung, Sanariah terpaksa harus menggendong Rusmana karena angkutan kota tidak bisa masuk stasiun. Sedangkan untuk naik angkutan online, Sanariah tidak memiliki cukup uang.