Ketika keyakinan seperti itu sudah tertanam dalam hati umat manusia maka akan muncul tauhid sebagai nilai moral dalam kehidupan sosial. Ketauhidan Islam adalah akidah yang menumbuhkan moralitas pembebasan umat manusia. Ada hubungan yang tidak bisa dipisahkan antara ide monetheisme dan pengembangan moral kemanusia universal.
Dalam prespektif Sosiologi Islam bahwa ibadah haji alangkah baiknya cukup satu kali, tidak perlu berkali-kali pergi ke tanah haramain. Terpenting nilai-nilai kemanusian yang sudah tertanam selama menunaikan haji ditransformasikan dalam kehidupan sosial seperti membangun kebersamaan, persatuan, kesatuan, kepedulian sosial, membantu kelompok-kelompok mustad’fin yang selama ini masih memerlukan bantuan dan menjaga nilai kemanusian supaya tetap hidup diruang publik.
Kita selalu terjebak pergi haji berkali-kali hanya untuk memuaskan dahaga spiritualitas pribadi, padahal membantu manusia yang lain merupakan spirit kemanusian yang perlu terus kita gelorakan dan prilaku itu sangat mulia dihadapan Allah SWT. Allah sangat bangga melihat hambanya terus memupuk spirit hajinya dalam memecahkan problem kemanusian, kebangsaan, dan keumatan.
Baca Juga:Atasi Kekeringan, Petani Diajak Tanam Padi GogoTim RT 11 Juara Sepakbola Antar RT Desa Bojong Jaya
Haji yang mabrur itu bukan dilihat dari seringnya menunaikan ibadah hajinya, melainkan kemabruran haji seorang hamba dilihat dari perubahan prilaku dan kepekaan sosial yang terjadi disekitar lingkungannya. Ketika nilai haji mampu dijaga, dirawat dan memberikan nilai positif terhadap keberlangsungan hidup manusia, maka itulah haji yang akan diterima oleh Allah SWT. (*)