World Bank terkesan pesimis terhadap kebijakan hilirisasi Industri Tambang kita. Terdapat tiga alasan utama mengapa hilirisari industri pertambangan kita belum dapat membawa dampak signifikan terhadap penerimaan negara. Pertama, berlakunya larangan ekspor konsentrat tidak akan langsung berimbas pada perubahan iklim investasi dikarenakan para investor akan mempertimbangkan persentase produksi kita dibandingkan produksi global. Rendahya minat para investor tentu akan menghambat program hilirisasi tambang kita.
Namun Pemerintah dapat menarik minat para investor untuk menanam modal di industri hilir kita. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat regulasi dengan memberlakukan tax allowance (pengurangan kewajiban pajak) maupun tax holiday (penundaan pembayaran pajak) serta melakukan regulasi yang mempermudah perizinan industri hilir. Kedua, World Bank juga menyatakan bahwa kebutuhan pasar dunia akan mineral murni hanya sebesar 4 persen dan 96 persen didominasi pasar bahan mentah. Karenanya, hal itu tidak akan membawa dampak positif dan signifikan. Untuk menjawab keraguan ini pemerintah harus optimis bahwa hasil olahan industri hilir kita bukan hanya untuk diekspor namun juga dapat kita manfaatkan untuk membangun industri dalam negeri.
Sehingga kita tak perlu mengalami ironi sebuah negara pemilik bahan galian menjual bahan galiannya dan kemudian membeli logam murni dari luar. Ketiga menurut World Bank program hilirisasi kita tak akan mempengaruhi harga mineral dunia secara signifikan karena kita tak memiliki kekuatan yang cukup. Namun kita harus punya optimisme untuk membangun Industri Hilir kita. Menurut kementerian ESDM, komoditas nikel kita meningkat 8 kali lipat dari 5 juta ton pada tahun 2008 menjadi 33 juta ton pada tahun 2011. Jika dikelola sendiri, negara dapat meperoleh keuntungan hingga 20 kali lipat.
Baca Juga:Kapolsek Sampaikan Pesan Kamtibmas, Ajak Warga Antisipasi KriminalitasPemcam Pamanukan Evaluasi Pelaksanaan APBDes
Betapa besarnya keuntungan jika kita dapat menjadi mandiri. Terlepas dari semua keraguan dan semua tantangan untuk dapat menjadi bangsa yang maju kita harus berani mengambil resiko. Maka Hilirisasi Industri Tambang kita harus segera dimulai tanpa keraguan. Tidak ada waktu yang tepat untuk memulainya kecuali saat ini dan tidak akan ada pihak yang tepat mengelolanya selain sumber daya manusia yang kita miliki saat ini. Sinergitas, kerja sama, dan kekuatan visi misi menjadi kunci utamanya. (*)