Namun hari menyayangkan perkembangan aeromodelling di Subang yang semakin meredup. Menurutnya, hal tersebut terjadi karena beberapa faktor. Pertama, karena adanya stigma dari masyarakat yang menyatakan jika mainan aeromodelling ini mainannya “orang kaya”. Hal tersebut dibantah Hari. Dia bahkan menyampaikan, kalau modalnya saja untuk membuat satu unit pesawat lengkap dengan elektrik (mesin), tidak lebih dari Rp 500 ribu. Faktor berikutnya, karena adanya larangan dari pihak Pemda untuk menerbangakan pesawat di tempat-tempat strategis, yang mudah dilihat banyak orang seperti alun-alun.
“Katanya maianan orang kaya, padahal bukan, siapapun bisa main. Kemudian adanya larangan dari Pemda, saya main di alun-alun belum lama, kemarin-kemarin, dikejar-kejar Satpol PP. Dilarang dengan alasan tidak jelas. Padahal salahnya dimana main aeromodelling di alun-alun, mencelakakan orang lain? Tidak. Karena dimainkan oleh yang mahir, sekalipun pemula mau nyoba terbang. Itu pasti tandem dengan yang mahir, tidak dibiarkan terbang sendiri,” ujar Hari.
Padahal, jika aeromodelling ini diwadahi dan dibina oleh Pemda, menurut Hari itu bisa mendatangkan pemasukan yang lumayan bagi daerah. Ini juga potensial untuk mendatangkan banyak wisatawan mancanegara, dengan digelarnya berbagai event aeromodelling. Tidak dipungkiri oleh Hari, beberapa waktu lalu juga sempat ada event aeromodelling di Lanud Suryadarma Kalijati Subang. Namun tidak cukup selesai sampai situ saja, jika memang seurius mewadahi dan membina.(*/vry)