KARAWANG-Status waduk Jatiluhur saat musim kemarau ini mengalami penurunan debit air dibawah normal. Pasalnya, Perum Jasa Tirta (PJT) II Jatiluhur, melansir saat musim kemarau ini penyusutan air di Waduk Jatiluhur sangat cepat dengan ketinggian air 99,7 meter diatas permukaan laut (mdpl).
Direktur Utama PJT II Jatiluhur, U Saefuddin Noer mengaku, kondisi air di waduk yang dikelola perusahaannya masih cukup aman. Namun, amannya cuma sampai Oktober mendatang. Jika sampai September nanti, tidak ada hujan, maka air yang ada di waduk ini hanya bisa mencukupi kebutuhan untuk PLTA, irigasi dan air minum hanya sampai Oktober.
“Kalau sampai hari ini, statusnya cukup aman. Tetapi, keamanannya hanya cukup sampai tiga bulan kedepan,” ujar Saefuddin.
Baca Juga:Desa Muara Baru Targetkan Masuk Produksi Garam IndustriAntara Mutasi, Rotasi dan Prestasi
Meski demikian, warga yang ada di hilir tak perlu khawatir. Sebab, sampai hari ini air tetap masih melangir ke wilayah hilir. Termasuk, untuk kebutuhan warga Jakarta.
Akan tetapi, pihaknya menghimbau pada warga, supaya lebih bijak lagi dalam memakai air saat musim kemarau ini. Mengingat, air yang ada saat ini perlu dihemat, diatur, digilir dan digiring supaya sampai daerah tujuan.
Terutama, bagi petani. Supaya, bisa mematuhi aturan jadwal tanam. Dengan demikian, air bisa dimanfaatkan sesuai dengan ketentuannya.
“Semoga, di akhir September atau awal Oktober hujan sudah turun. Kalaupun tidak, kami akan menyiapkan sejumlah upaya mengatasi kekeringan ini,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Operasi dan Pengembangan PJT II Jatiluhur, Antonius Aris Sudjatmiko, mengatakan, penyusutan air di Waduk Jatiluhur ini mencapai dua centimeter per jamnya. Karenanya, penyusutan ini sangat cepat di musim kering ini. Bahkan, jika sampai September tidak ada hujan, maka status Waduk Jatiluhur dalam kondisi sangat kering.
“Meski demikian, kita tetap prioritaskan air untuk kebutuhan air baku, air minum MCK, dan air irigasi yang sudah ada,” katanya.
Selama musim kemarau ini, lanjut Aris, dari 240 ribu hektare sawah di wilayah kerja PJTII Jatiluhur, yang tidak bisa dilayani air antara lima sampai enam persennya. Solusinya, petani disarankan untuk mengganti pola, dari tanam sawah irigasi ke sawah padi gogo atau pindah ke palawija. (use/ded)