Ingin mencicipi jajanan khas Jawa Barat? Tersedia 10 ribu cilok bagi seluruh peserta Pocari Sweat Run Bandung 2019. Hermansyah pun yakin roda perekonomian khususnya di Kota Bandung berputar lebih cepat bersamaan event maraton tersebut.
“Dengan banyaknya peserta, kami harap orang tidak hanya sekadar datang mengikuti event maraton, tapi mereka di sini ada perputaran ekonomi, mereka akan belanja, makan, dan jalan-jalan,” kata Hermansyah.
Hal senada diutarakan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat Dedi Taufik Kurohman. Dedi berujar Pocari Sweat Run Bandung 2019 bisa memberdayakan sektor ekonomi di sekitar kawasan Gedung Sate.
Baca Juga:Jimmy Kecewa DLHK Diam Saja, Bendungan Barugbug Tong Sampah PerusahaanSambangi Pemkab, KPK Sebut Subang Peringkat Ke-7
“Poinnya untuk pemberdayaan ekonomi sekitar, hotel dan kafe penuh. Angkot juga diberdayakan untuk shuttle bagi pelari, jadi banyak yang diberdayakan tahun ini,” kata Dedi.
“Intinya kami gembira dengan adanya event ini karena sport tourism tidak hanya berkaitan dengan pelari, tapi juga bermanfaat bagi UKM (Usaha Kecil Menegah),” imbuhnya.
Lewat tema ‘The Pride of West Java Sport Tourism’ di Pocari Sweat Run Bandung kali ini, Dedi pun berharap konsep sport tourism khususnya lewat maraton bisa terus dikembangkan dalam rangka menumbuhkan daya saing untuk memperkuat citra pariwisata daerah.
“Karena di beberapa negara maju, ada enam yang menjadi World Marathon Majors (WMM) yakni di Tokyo marathon, Boston, London, Berlin, Chicago, dan New York marathon. Itu punya daya jual yang kuat dalam menumbuhkan pariwisata,” tutur Dedi.
“Di Tokyo Marathon, 38 ribu orang dalam seminggu meningkatkan pertumbuhan wisata, karena tidak hanya pelari, pada akhirnya pelancong hadir dan toko berlomba-lomba beri diskon,” katanya.
“Dan di Pocari Sweat Run Bandung 2019 ini paling mengejutkan (tiket) sold out dalam 40 menit. Memang Gedung Sate sebagai heritage menjadi daya tarik utama, selain itu apa pun di Bandung, termasuk kuliner, selalu menjadi magnet yang menarik orang terutama dari Jakarta. Bahkan masih banyak yang mau ikut meski sudah tutup, apalagi medalinya didesain langsung Pak Emil (Ridwan Kamil),” tutup Dedi.
Sebelum acara digelar pada Minggu (28/7), terdapat rangkaian acara bertajuk ‘Culture Run’ pada Sabtu (27/7) diikuti 200 orang yang menggunakan pakaian adat.