LEMBANG-Gunung Tangkuban Parahu yang terletak di wilayah perbatasan antara Kabupaten Subang dengan Kabupaten Bandung Barat (KBB) menjadi salah satu destinasi wisata bagi para turis lokal maupun mancanegara.
Gunung yang terkenal dengan legenda Sangkuriang ini menyuguhkan pemandangan alam yang indah. Namun dibalik itu, gunung ini juga menyimpan beragam misteri dan kental dengan hal-hal yang berbau mistis.
Dari jaman dahulu hingga sekarang, pengunjung maupun pendaki gunung seringkali mengalami kejadian yang misteri dan aneh, mulai dari melihat penampakan sampai tersesat di hutan.
Baca Juga:Ridwan Kamil Beberkan Manfaat KDLN untuk Kemajuan Jawa BaratSekolah Taekwondo Siapkan Atlet Berprestasi
Salah satu fenomena yang pernah terjadi adalah keluarnya asap hitam yang sangat tebal dari Kawah Ratu. Peristiwa itu disaksikan langsung anak dari juru kunci atau kuncen Tangkuban Parahu, Ema Aling, saat nenek yang kini berusia 83 tahun lebih itu diajak orangtuanya, Madpai binti Nawapi untuk melihat kawah Tangkuban Parahu.
“Saat emak (nenek) usianya 10 tahunan diajak bapak ke sana, katanya biar tahu kawah. Lalu ada seorang anak kecil yang berbicara ikan mas, tiba-tiba langsung keluar kabut hitam sangat pekat, sampai-sampai tangan pun tidak terlihat,” kata dia di rumahnya Kampung Gamblok RT 06 RW 07 Desa Cikole Kecamatan Lembang KBB, Minggu (4/8).
Walaupun sampai saat ini tidak tahu apa penyebabnya, warga asli Desa Cikole ini percaya jika orangtua pada jaman dahulu pantangan membawa ikan mas ke Tangkuban Parahu. “Jangankan membawa, mengucapakan kata ikan mas pun dilarang kalau ke Tangkuban Parahu,” ujarnya.
Mitos lainnya dan tidak banyak orang yang tahu adalah jika di Kawah Ratu terdapat keraton yang sangat megah hingga sekelompok orang yang bermain gamelan, tetapi hal mistis itu hanya dapat dilihat oleh orang tertentu saja.
Menurut kisah yang diceritakan nenek moyang masyarakat sekitar Tangkuban Parahu, keraton tersebut sangat angker karena merupakan tempat bersemayamnya arwah para leluhur, serta merupakan pusat kerajaan bangsa jin.
Aling bahkan masih ingat ketika setelah jaman kemerdekaan, mantan Presiden Soekarno pernah menyempatkan berkunjung dan melakukan ritual di sekitar Kawah Ratu.
“Saat beranjak remaja, emak melihat bapak Soekarno di Kawah Ratu. Pada waktu itu belum seramai seperti sekarang, belum ada warung-warung pedagang. Dulu itu cuma ada dua bangunan di sekitar kawah, yaitu menara pengawas dan restoran. Bangunannya juga belum tembok, masih kayu,” bebernya.