Sementara itu, Bupati Karawang Cellica Nurachadiana meminta masyarakat agar tetap tenang dan menghargai berbagai upaya yang tengah dilakukan, baik oleh Pertamina maupun pemerintah. “Seluruh mitigasi dan pencegahan telah dilakukan dengan baik oleh Pertamina dan Pemerintah Kabupaten Karawang,” katanya.
“Jadi, saya ingin kita tetap tenang dan bisa menghargai proses recovery ini,” tambahnya.
Sedangkan, pihak Pertamina yang diwakili Nanang Abdul Manap menuturkan, sejak 14 Juli 2019 lalu pihak Pertamina telah menetapkan kejadian oil spill Karawang sebagai situasi emergency. “Kami sangat prihatin, kami sangat komitmen dan bertanggung jawab dengan kejadian ini,” ucap Nanang.
Baca Juga:Bak di Luar Negeri, Ada ‘Menara Eiffle’ di Desa Kasomalang KulonGubernur Jabar Minta Pertamina Tanggung Jawab Penuh atas Insiden Tumpahan Minyak di Karawang
Meski begitu, kata Nanang, Pertamina akan tetap meneruskan rencana produksi minyak dan gas, khususnya untuk suplai ke Jawa Barat. Karena kebutuhan minyak dan gas untuk Jawa Barat masih defisit.
“Karena memang rencananya kami ini ingin menambah produksi, meningkatkan produksi minyak 3.000 barel per hari ditambah dengan gas 25 juta kaki kubik,” ucapnya.
“Kita tahu Jawa Barat sangat membutuhkan gas karena industrinya sangat maju, sehingga setiap harinya kita ini sangat kekurangan 70 juta kaki kubik. Dengan menambah 25 juta kaki kubik kita akan mengurangi gape kebutuhan (gas) masyarakat Jawa Barat,” tambahnya.
Salah satu pengepul ikan di Desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, Cakim mengaku, dirinya tidak memiliki penghasilan sejak insiden tumpahan minyak. Sebab, kata dia, nelayan tidak melaut.
Akan tetapi, Cakim bersyukur karena dirinya masih dilibatkan oleh Pertamina untuk menjadi pengumpul minyak. “Dampaknya kami sebagai pengepul, kami tidak dapat penghasilan sama sekali. Karena tidak ada nelayan yang beraktifitas,” katanya.
“Tapi Alhamdulillah, nelayan dipekerjakan dan saya juga dipekerjakan oleh Pertamina untuk mengumpulkan minyak,” ucapnya. (HUMAS JABAR)