Praktis
Selain itu, menyimpan uang di Bank memiliki kepastian keuntungan dalam bentuk bunga. Padahal, bunga yang diperoleh sebenarnya kecil karena telah dipotong biaya-biaya administrasi yang ada. Ketika seseorang menginvestasikan uangnya dalam bentuk saham, maka tidak ada lagi potongan biaya administrasi dan bunga dalam bentuk nilai kenaikan saham dapat diperoleh apabila seseorang tersebut memahami performa perusahaan yang sahamnya telah dibeli.
Sebagai gambaran, mari kita renungkan apa yang kita gunakan dalam aktivitas sehari-hari. Ketika kita mandi, umumnya kita menggunakan sabun, sampo, pasta gigi yang produknya di produksi oleh perusahaan consumer goods. Lalu kita sarapan roti, kudapan dan susu yang produknya diproduksi oleh perusahaan makanan. Selesai sarapan kita berangkat ke kantor atau ke sekolah dengan kendaraan yang juga diproduksi oleh perusahaan otomotif.
Begitu seterusnya setiap hari, tanpa kita sadari bahwa kita hanya berperan sebagai konsumen tanpa pernah memikirkan dari mana sumber uang yang didapatkan oleh perusahaan tersebut selain dari penjualan produk tersebut. Secara umum, perusahaan-perusahaan yang sedang berkembang atau butuh suntikan dana umumnya akan membuka kesempatan pada masyarakat luas untuk menanamkan modalnya di perusahaan-perusahaan tersebut dalam bentuk penjualan lembaran saham. Artinya ada bagi hasil keuntungan untuk pemegang-pemegang saham pada saat rapat umum pemegang saham (RUPS).
Baca Juga:Dindin Nugraha: Seni Sebagai Ekspresi IdeFutsal Agustusan Antar Instansi
Secara tidak langsung pemegang saham juga dikatakan sebagai pemilik perusahaan itu walau hanya 0,1%. Pertanyaannya, maukah membeli saham dari produk-produk yang kita gunakan sehari-hari?
Seiring perkembangan zaman, aset dalam bentuk properti, kendaraan, atau benda-benda besar dirasa kurang lagi cocok dijadikan aset untuk jangka panjang khusunya bagi generasi milenial. Selain perawatannya yang butuh biaya, juga administrasinya cukup menyulitkan.
Generasi milenial cenderung menyukai hal yang praktis dan sederhana. Saham sebagai salah satu paper asset dirasa sesuai bagi generasi milenial saat ini. Selain saham, jenis paper asset lainnya dapat berupa obligasi/surat berharga negara ataupun deposito. Sebagai ilustrasi, investasi dalam bentuk saham bisa mulai sejak usia 20 tahun dengan nominal uang sebesar Rp100.000.
Dengan nominal tersebut kita bisa membeli saham perusahaan yang diinginkan. Dibandingkan jika membeli tanah tentu kita akan membutuhkan lebih banyak dana. Prosesnya sangat sederhanya, cukup dengan membuka (RDI) di perusahaan sekuritas atau perusahaan sekuritas yang dimiliki oleh bank kita sudah bisa menjadi pemilik perusahaan.