KARAWANG-Sejumlah pengrajin terasi di Desa Pasirjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon kesulitan mendapat udang rebon yang merupakan bahan dasar membuat terasi. Pasalnya, dari 1 kwintal uang rebon yang biasa di dapat sekitar 50 – 100 meter dari bibir pantai, kini anak udang yang jadi andalan produksi terasi Cilempung itu hanya mampu di bawa 30 kilogram saja sehari.
Sekretaris Desa (Sekdes) Pasirjaya, Ita Fadilah mengatakan, usaha produksi terasi sedang lesu bahkan tanpa aktivitas, menyusul bahan bakunya yaitu udang rebon ikut terdampak limbah minyak Pertamina PHE ONWJ.
“Kami mendapati laporan berjamaah dari masyarakat yang biasa mencari udang rebon untuk usaha terasi,” ujarnya.
Baca Juga:DKUPP Akan Tertibkan Pom Mini, Rentan Kebakaran dan TakaranSambut Agustusan Gebyar Senam Bersama
Dijelaskan, soal jumlah, ada 37 orang KK yang saat ini lesu memperoduksi terasi dan mencari anak udang kecil di lautan, mengingat dalam seharian dari pagi sampai sore, hanya mendapati 30 kilogram saja dari biasanya mampu 1 Kwintal. “Usahanya pada lesu, bahkan sepi aktivitas membuat terasinya. Ya karena udangnya ini pada mati dan mungkin migrasi,” katanya.
Dijelaskan, pencari udang rebon dengan media jaring nyudu itu, kini berharap pendataan ganti untung dari Pertamina, mengingat dalam sosialisasi teknis SK Bupati tentang distribusi kompensasi, Pasirjaya tidak masuk dalam bagian undangan bersama 9 Kades dan 9 Camat tersebut. Padahal, selain usaha terasi yang terancam merugi berkepanjangan, usaha tambah garam dan wisata juga ikut dirasakan. “Kita ikut terdampak, tapi tak pernah ada undangan dengan pejabat pesisir lainnya,” katanya.
Tidak itu saja, lanjut Ita, gara-gara limbah minyak, betapapun pengunjung wisata Tanjung Baru stabil, tetapi semua wisatawan ogah mandi di laut. Padahal, sebelumnya, ada yang merutinkan mandi di laut Tanjung Baru karena meyakini bisa menyembuhkan penyakit biri-biri. Oleh karena itu, diharapkan pemerintah dan Pertamina, bisa tengok Pasirjaya yang luput perhatian ini. “Ada orang wisata juga pada takut mandi di laut sekarang mah,” harapnya. (use/ded)