LEMBANG-Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara menyiapkan peta kerawanan untuk mengantisipasi kebakaran hutan. Belum lama ini, kebakaran hutan sempat terjadi di sekitar Cikole Lembang Kabupaten Bandung Barat (KBB).
“Kemarin yang di Bandung Utara itu di Lembang, di Cikole, ada kejadian kebakaran. Itu kurang dari 1 hektare. Kejadiannya minggu kemarin. Luasnya 0,2 hektare, kalau enggak salah. Nanti saya lihat lagi datanya,” kata Administratur Perhutani KPH Bandung Utara Komarudin, akhir pekan lalu.
Menurut dia, api menjalar alang-alang yang berada di sekitar pohon pinus di Cikole. Perhutani, aku dia, kesulitan untuk mengidentifikasi sumber api. Meski begitu, dia menduga sumber api berasal dari faktor kelalaian manusia.
Baca Juga:Merakit Spiritualitas HajiAksi Solidaritas Tolak Razia Buku, Perpustakaan Jalanan Buka Lapak Baca
“Bisa jadi ada yang membuang puntung rokok. Kalau dari faktor alam, sangat kecil kemungkinannya. Soalnya, faktor alam itu biasanya dari petir, kalau yang sampai menimbulkan api. Namun, berkat kesigapan petugas dan masyarakat, api itu bisa segera diatasi atau dipadamkan,” katanya.
Komarudin menyatakan, sejak awal musim kemarau atau sekitar tiga bulan lalu pihaknya telah menyatakan siaga bencana kebakaran. “Artinya, kami sudah coba antisipasi kalau terjadi kebakaran lahan dan hutan,” ujarnya.
Persiapan yang dilakukan, ucap dia, di antaranya ialah melengkapi para petugas di lapangan dengan peralatan pemadam kebakaran yang bersifat manual. Selain itu, Perhutani juga melakukan sosialisasi kepada lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) maupun pengunjung wisata, terutama para pendaki gunung.
“Diupayakan agar tidak membuat api di hutan. Kalaupun mereka membuat api di hutan, harus dipastikan padam sebelum meninggalkan tempat. Kemudian kami juga bekerja sama dengan LMDH dan masyarakat peduli api di desa-desa, dan menyiagakan petugas di lapangan,” katanya.
Terkait dengn peta kerawanan, Komarudin menerangkan bahwa parameter yang dijadikan dasar di antaranya ialah petak-petak yang biasa terdapat interaksi manusia. Misalnya, kata dia, kawasan hutan yang berbatasan dengan kebun masyarakat.
“Kemudian di jalur pendakian, dan di daerah-daerah yang memang sering terjadi kebakaran pada tahun-tahun sebelumnya. Itu untuk mengidentifikasi petak-petak yang rawan ada kejadian kebakaran,” tuturnya.