PURWAKARTA-Persalinan kurang bulan atau prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu. Bayi yang lahir kurang bulan berisiko mengalami gangguan kesehatan karena kondisi organ tubuh yang belum sempurna, sehingga mungkin membutuhkan perawatan intensif.
Hal tersebut disampaikan dr Lia Lesty Sitompul saat berbincang dengan Pasundan Ekspres di Purwakarta, Sabtu (10/8). “Penyebab kelahiran kurang bulan terkadang tidak diketahui, namun pecahnya ketuban lebih awal merupakan salah satu penyebab utama kelahiran kurang bulan,” katanya menjelaskan.
Disebutkannya, ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya kelahiran kurang bulan, yaitu faktor kesehatan ibu. “Di antaranya, darah tinggi selama hamil, penyakit yang bersifat kronis, seperti penyakit ginjal atau jantung, hingga penyakit infeksi, seperti infeksi saluran kemih, infeksi cairan ketuban, dan infeksi vagina,” kata dokter yang berpraktik di Klinik Meliasari Purwakarta ini.
Baca Juga:Pemkab Karawang Kurbankan 21 Sapi dan 19 Ekor DombaMeski Dibanjiri Daging Kurban, Pedagang Ikan Tetap Untung
Selain itu, sambungnya, kelainan bentuk rahim, stres, dan kebiasaan merokok sebelum dan selama masa kehamilan juga menjadi faktor penyebabnya. “Termasuk juga penyalahgunaan narkotika dan pernah mengalami kelahiran kurang bulan sebelumnya,” ujar Lia.
Ditambahkannya, persalinan kurang bulan ada beberapa gejalanya. Mulai dari nyeri punggung bagian bawah, kontraksi setiap 10 menit, kram di perut bagian bawah, hingga keluar cairan dan lendir dari vagina yang semakin banyak.
“Gejala lainnya, perdarahan vagina, tekanan di bagian panggul dan vagina, mual, muntah, hingga diare. Bila mengalami salah satu hal tersebut, maka segera periksakan diri ke dokter atau bidan terdekat,” kata Lia.
Persalinan kurang bulan, sambung dia, bisa dicegah. Di antaranya dengan periksa kehamilan rutin minimal satu kali sebulan. “Istirahat yang cukup, makan makanan yang bergizi, hindari stres, dan tidak mengkonsumsi obat-obatan secara berlebihan,” ujarnya.
Persalinan kurang bulan, ujar Lia, memiliki dampak bagi bayi. Seperti, bayi mudah mengalami infeksi dan rentan terhadap penyakit. “Bayi juga mungkin akan mengalami kesulitan bernafas bila tidak ditangani lebih awal, dan kemampuan minum belum terlalu kuat. Selain itu, mungkin juga membutuhkan perawatan di ruang intensif sehingga memerlukan biaya yang tidak sedikit,” katanya.