SUBANG-Muhammad Fahmi Fasya, pemuda yang mendedikasikan hidupnya untuk literasi tutup usia, Selasa (13/8).
Banyak yang merasa kehilangan sosok pemuda kelahiran 1986 yang kreatif itu. “Insyaallah almarhum husnul khotimah.. aamiin,” ungkap Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Subang, Ine Anggraeni.
Presiden BEM Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Subang, Haerudin Inas mengenang perjalanan bersama Muhammad Fahmi Fasya sewaktu kuliah.
Baca Juga:Soal Tabungan yang Dipakai, Orang Tua Siswa SDN Karangmulya Siapkan Jalur HukumBang Ara Umrohkan 9 Kader PDIP
Dia menceritakan, 2012 yang lalu saat dimana Bem Fikom masih terus berbenah dan terus berkegiatan agar Fikom semakin berkembang dalam Kuantitas dan Kualitas, pada Jambore Fikom 2012 Alm Fasya adalah orang yang bertanggung jawab pada bidang Literasi.
“Fasya bertanggung jawab menjadik koordinator buku-buku yang dikerjasamakan dengan Mizan,” kenang pria yang akrab disapa Capung itu.
Dia menuturkan, alm Fasya pernah juga mewakili Fikom berangkat menghadiri pertemuan mahasiswa Fikom di Universitas Bung Karno.
“Alm Fasya adalah orang yang pertama kali berangkat mewakili Fikom Universitas Subang di moment berkumpul bersilaturahmi dan diskusi mengenai Ilmu Komunikasi,” ujarnya.
Haerudin Inas ingat betul pesan yang disampaikan almarhum sepulang dari Universitas Bung Karno.
“Sekecil Fakultas Ilmu Komunikasi di Universitas di daerah tapi Fikom Unsub membuktikan bahwa Fikom Unsub mampu dibanding kekurangan beberapa univeritas di daerah lain yang masih menginduk pada fakultas sosial lainnya,” jelasnya.
Menurutnya, almarhum Fasya sangat bersemangat untuk membangun Kampung Melek Media sebagai bentuk pengabdian ilmu komunikasi pada masyarakat Subang.
“Sungguh bersaksi bahwa alm Fasya adalah orang yang baik dan berguna bagi sesama serta agamanya,” katanya.
Baca Juga:Aqua Bagikan 1.100 Paket KurbanSauyunan Sukseskan Milangkala Kasomalang Kulon Ke-37
Egi Aristiansalah seorang teman seperjuangnya dalam gerakan literasi mengatakan, almarhum Fasya berjuang membuat taman baca yang awalnya menantang diri sendiri, kemudian berani gelar perpustakaan jalanan di Wisma Karya dan mengumpulkan anak-anak terus memberikan cerita. “Banyak belajar dari almarhum, berani berbuat orangnya,” ujarnya.
Selanjutnya, Fasya fokus mengembangkan perpustakaan dan gerakan literasi yang diberi nama Taman Baca Rumah Ilmu (TBRI). Terakhir, Fasya bersama para pegiat literasi tengah mempersiapkan acara untuk mengundang penulis Gol Agong yang akan digelar Agustus ini.