SAGALAHERANG– Setiap tahun selalu digelar napak tilas ke makam Taman Pahlawan Raden Arya Wangsa Goparana.
Napak tilas, Jumat (10/8) dalam rangka HUT RI ke-74 dipimpin Camat Sagalaherang, Tatang Komara.
Raden Arya Wangsa Goparana adalah tokoh yang sangat berjasa atas perkembangan Islam di Subang.
Baca Juga:Senyum Bah Ocid di CibareubeuyPesan Bupati Anne Untuk Pasukan Pengibar Bendera HUT RI Ke 74
“Melalui keteladanan yang diperlihatkan Raden Arya Wangsa Goparana mudah-mudahan dijadikan ridho oleh Allah SWT,” tutur Tatang.
Menurut budayawan M. Khadar Hendarsah berdasarkan dari berbagai sumber, Raden Arya Wangsa Goparana mulai tahun 1530 saka atau < 1603 masehi memulai perjalananya ke arah Barat Talaga dan sampailah ke Kampung Nangka Beurit, yang sekarang masuk ke wilayah Dusun Cileungsing, Desa Sagalaherang Kaler, Kecamatan Sagalaherang.
“Di sana Goparana mendirikan desa dan sampai sekarang belum jelas siapa istri dari Raden Arya Wangsa Goparana. Namun diketahui beliau memiliki 8 putra,” katanya.
Putranya yaitu Jayasasana bergelar Raden, Wiratanu, Wiradiwangsa, Tjandramanggala, Santaan Kumbang, Yuda Nagara, Nawing Tjakradiprana, Santaan Yudanagara, Nyi Muhyi.
Salah satu putra Arya Wangsa Goparana menyebarkan agama Islam di daerah Cikundul Cianjur yaitu Raden Arya Wiratanu yang dikenal sebagai Sunan Cikundul.
Sepak terjang Arya Wangsa Goparana di Sagalaherang sangat berjasa dalam pengembangan daerah. Bahkan perkembangan Islam di Sagalaherang lebih pesat dibandingkan daerah lainnya.
“Raden Arya Wangsa Goparana memproritaskan menambah jumlah santri di Sagaraherang, setelah itu beliau melajutkannya pembangunan spiritual di Sagalaherang,” ungkap Khadar.
Baca Juga:Warga Tiga RW Ramai-ramai Bersihkan Sampah di Sungai CileuleuySubang City Mall Belum Berizin, Pembangunan Harus Sesuai RTRW
Selama kepemimpinannya di Sagalaherang, membangun berbagai sarana seperti pembangunan jalan, memperluas area pertanian untuk meningkatka kesehjahtraan masyarakat serta mempermudah peyebaran agama Islam.
“Tak hanya sebagai tokoh agama, beliau juga sebagai pemimpin masyarakat yang besar. Sikap silih asah, silih asih, silih asuh menjadi moto dalam mengambil sikap setiap kebijakan bermasyarakat,” tuturnya.
Kegiatan penyebaran agama islam Arya Wangsa Goparana di luar sagalaherang mencangkup daerah Subang, Purwakarta hingga Cianjur.
“Beliau menggunakan pendekatan sosial budaya sehingga ajarannya dapat mudah diterima oleh masyarakat,” ujarnya.
Masih menurut Khadar, tidak ada catatan yang menarangkan kapan Raden Aria Wangsa Goparana wafat. Namun para sejarawan khusunya di Subang menyipulkan bahwa masa kehidupannya sekitar tahun 1530 memulai mengembara ke Sagalaherang sampai tahun 1600-an.