Selain pesona alam, adat budaya, juga tradisi seperti ruwatan bumi ini. Menurut Adi Karta, harus menjadi perhatian Pemkab jika serius menjadikan Subang sebagai Jawara Wisata.
Masyarakat dengan sukarela memberikan partisipasi, baik langsung maupun tidak langsung, tak terlewatkan, para penyedia jajanan, yaitu pedagang kaki lima ikut merasakan berkah dari kegiatan ruwatan bumi tersebut. Mereka tanpa komando, datang satu persatu, memenuhi setiap sudut lapangan Desa Jalupang.
Sedangkan Camat Kalijati Lukita Harjana mengungkapkan apresiasinya terhadap Pemdes yang masih menjaga tradisi tersebut. Baginya ruwatan adalah sebagai bentuk mempererat tali persaudaran, untuk menjunjung persatuan dan kesatuan, menjadi Kalijati Ngahiji.
Baca Juga:Kades Pamanukan Hilir Usung Konsep BUMDes MartPro Aktif Diplomasi Negara Diapresiasi BritCham Indonesia
“Kalau secara filosofis tadi sudah banyak para kasepuhan yang bicara, ruwatan sebagai bentuk implementasi rasa syukur dari masyarakat, sekaligus doa agar bidang pertanian dan peternakan selalu mendapat hasil yang baik pada musim yang akan datang,” jelas Lukita.
Dia juga mengingatkan, dalam momentum ruwatan bumi itu tergambar jika peradaban dan intelektualitas para pendahulu sudah sedimikian maju. Lukita kerap sering mendengar sejak kecil penentuan waktu tanam bagi para petani, yang dibicarakan orang tuanya, hingga saat panen berbarengan. Begitupun hasilnya yang melimpah ruah dibagikan sebagian pada saat ruatan bumi bahkan hingga sekarang. Meski penentuan waktu tanam, sudah tidak baku seperti saat dirinya kecil.
“Kalau sekarang, meski panen sudah tidak bareng, namun setidaknya maaih diwarisi oleh kita ruatan buminya ini. Saya doakan semoga hasil panen para petani selalu berkah, dan melimpah setiap tahunnya. Ruwatan bumi yang dilaksanakan juga semakin meriah. Yang terpenting, dalam ruwatan tersebut adalah bagaimana kita memaknainya bukan hanya sebagi ajang hiburan saja, namun juga rasa syukur kita terhadap Tuhan yang maha kuasa,” pungkas Lukita. (*/vry)