SUBANG-Anak-anak berkebutuhan khusus atau disabilitas di Kelurahan Wanareja belum mendapatkan fasilitas pendidikan memadai. Mereka belajar di Posyandu, dengan ukuran 4 x 4 meter.
Ruangan sempit tersebut digunakan untuk proses pembelajaran, sekaligus ruang kepala sekolah. Untuk buang air, mereka harus pulang ke rumahnya masing-masing.
Hanya ada empat meja belajar berukuran kecil, dan beberapa kursi. Papan tulis pun berukuran sedang, bukan seperti papan tulis di sekolah pada umumnya. Media pembelajaran masing sangat terbatas.
Baca Juga:Sanggar Tari Putri Sundawa Gudang PrestasiMiftah: Tahapan Pilkada Tidak akan Berubah
Ada 12 orang anak berkebutuhan khusus dengan kelainan tunagrahita yang belajar di sana. Mereka belajar dari seorang guru sekaligus kepala sekolah. Nurwulan Setianah SPd melakukan pekerjaan tersebut seorang diri.
Guru SLBN Subang itu, kini fokus menjalankan pengabdiannya selama satu tahun. Sejak Juli 2018 lalu, ia mulai merintis membangun sekolah untuk memberikan hak pendidikan kepada anak berkebutuhan khusus.
Sekolah itu merupakan kelas jauh dari SLBN Subang, yang bernama SLB PGRI Adyuta. Sedang berjuang untuk mendapatkan lahan dan pembangunan gedung sekolah. Rencananya di lahan perkebunan PTPN VIII di Wanareja. Kini masih menunggu keputusan dari PTPN VIII apakah diizinkan atau tidak.
Nurwulan mengatakan, keberadaan sekolah bagi anak-anak berkebutuhan khusus sangat penting di Kelurahan Wanareja. Sebab mereka belum mendapatkan hak pendidikan sebagai warga negara Indonesia.
“Saya tersentuh ketika melihat ada dua anak berkebutuhan khusus di jalan ketika saya ke Wanareja. Kemudian saya ikutin mereka ke mana, dan kemudian mencari informasi ternyata banyak anak berkebutuhan khusus. Mereka semua belum terlayani pendidikan,” ungkapnya menceritakan alasan merintis sekolah, Senin (26/8).
Guru yang mengajar di SLB sejak tahun 1992 itu mendapat respon baik dari masyarakat setempat, setelah berjuang cukup sulit membujuk orang tua agar mau menyekolahkan anaknya.
“Saya datang ke rumah-rumah membujuk orang tua untuk menyekolahkan anaknya, alhamdulillah mereka terbuka,” ujarnya.
Baca Juga:PDAM Antisipsi Berkurangnya Debit AirTaman Dipinggir Jalan Pantura, Jadi Ruang dan Tempat Aktivitas Masyarakat
Baginya, sebuah kebanggaan ketika melihat anak-anak berkebutuhan khusus tersenyum antusias belajar. Apalagi ketika dibawa pembelajaran di luar sekolah, seperti ke alun-alun Subang, mereka sangat antusias dan menikmati.
“Senang sekali orang tua dan masyarakat sangat senang dan mendukung keberadaan sekolah di sini, itulah mengapa saya tetap bertahan mengajar dengan ikhlas meskipun harus berjuang membangun sekolah ini,” ujarnya.(ysp/dan)