SUBANG – Era digital membuat banyak usaha retail gulung tukar. Di antaranya usaha kaset pita dan kini mengancam usaha compact disk (CD).
Di Pasar Pujasera masih bisa ditemui kios pedagang CD yang berjuaalan. Bagaimana mereka bertahan?
Anwar (25) adalah satu dari sekian banyak penjual CD yang masih berusaha bertahan di tengah gempuran musik dan film digital merasakan kian menggerus usahanya.
Baca Juga:Wagub Jabar Minta Lembaga Pendidikan Agama Melek DigitalSampaikan Kuliah Umum di UPI, Wagub Jabar Sebut Moral dan Akhlak Penting untuk Raih Kesuksesan
Pemuda yang sudah menggeluti usaha penjualan CD sejak sepuluh tahun lalu ini mengatakan, omzet hariannya kini turun drastis dibanding beberapa tahun lalu.
“Ya kalo dulu seenggaknya dapetlah 600 ribu, kalo sekarang paling cuma 200 ribu”, ucap Anwar, Senin (27/8).
Anwar menjelaskan, kondisi penurunan minat beli masyarakat terjadi sejak 2017 lalu. “Ya dari 2017 ke sini mulai kurang, orang kan pakainya yang digital sekarang mah,” ujarnya.
Anwar mengatakan, setidaknya ada 20 warung CD yang memilih gulung tikar di kawasan Pasar Pujasera akibat menurunnya minat masyarakat terhadap pembelian CD. “Uh sekarang mah pada tutup. Dulu ada tuh dia juragannya kaset (CD), punya sampe lima warung di sini, tapi sekarang udah tutup semua,” jelasnya.
Demi membuat warung CD-nya tetap hidup, Anwar berinovasi dengan juga menjajakan mainan anak di warungnya. “Kalo gak gini (jual mainan) mah uh kacaulah”, tuturnya.
Kondisi ini juga memengaruhi ketersediaan CD di tempat Anwar berbelanja. “Ya saya biasa belanja di Bandung kan, sekarang mah banyak yang kosong dari sananya”, katanya.
Anwar menyebutkan, jenis CD yang masih kerap diburu masyarakat adalah CD dangdut, pop sunda, jaipong, dan film anak-anak. “Ya paling film-film kartun anak, lagu dangdut, jaipong, sama sunda kalo orang sini mah”, jelasnya.
Baca Juga:APBD Perubahan 2019 Jabar Fokus pada Pelayanan Dasar MasyarakatPemprov Serius Dorong Pemekaran 5 Wilayah di Jabar
Kendati digitalisasi hiburan sudah semakin marak, faktanya masih ada masyarakat yang membeli CD.
Ujang Mulyadi (30), satu dari sebagian kecil masyarakat yang masih memilih untuk membeli CD fisik dibanding menggunakan layanan streaming online menjelaskan alasannya, menurutnya CD adalah hiburan yang lebih ramah anak.
“Ya biar anak jauh dari HP aja. Saya juga kemaren kan baru beli DVD portable buat anak, soalnya kalo HP kan bahayanya lebih banyak,” terangnya.