Cemari Pantai dan Hutan Mangrove
KARAWANG-Pemkab Karawang, telah mendata korban tumpahan minyak mentah akibat kebocoran sumur migas YY-1ONWJ milik PT Pertamina Hulu Energi (PHE). Jumlah warga yang terdampak itu sebanyak 10 ribu warga pesisir Karawang yang berprofesi nelayan, pemilik tambak, bakul ikan dan petani padi.
Kehidupan mereka terganggu sejak tumpahan minyak mentah mencari laut, pantai, dan lingkungan warga sejak 12 Juli 2019. Beberapa di antaranya bahkan kehilangan mata pencaharian setelah sumur YY-1 bocor dan hingga saat ini masih terus berlangsung.
“Data warga terdampak telah kami kumpulkan, termasuk data tentang kerusakan lingkungan dan hutan mangrove,” ujar Sekretaris Daerah Karawang, Acep Jamhuri usai rapat gabungan yang digelar Pemerintah Kabupaten Karawang bersama Pertamina dan perwakilan warga terdampak tumpahan minyak, di ruang rapat Sekda Karawang.
Baca Juga:Satlantas Pasang Spanduk Rawan KecelakaanBursa Inovasi Desa Digelar di Zona 1 Subang
Menurutnya, data yang diterima masih berupa data mentah sehingga akurasinya masih diragukan. Oleh karena itu, dalam tersebut pihaknya mengundang para camat dan kepala desa yang wilayahnya terdampak tumpahan minyak.
“Para Camat dan Kades diminta melakukan verifikasi data warga terdampak agar tidak pihak yang dirugikan. Data hasil verifikasi nantinya akan dijadikan dasar penyaluran kompensasi dan juga ganti rugi,” kata Acep.
Menurutnya, verifikasi data ditargetkan selesai pekan depan, sehingga dana kompensasi dari Pertamina bisa segera disalurkan kepada yang berhak. Penyaluran akan dilakukan melalui bank yang ditunjuk Pertamina, dan setiap warga terdapak akan dibuatkan rekening bank tersebut.
“Kami kira cara itu efektif untuk mencegah terjadinya keributan di lapangan. Warga tidak perlu berkumpul di kantor desa untuk mengambil dana kompensasi itu,” kata Acep.
Dijelaskan juga, penanganan tumpahan minyak dilakukan dalam tiga tahap yakni penanggulangan bencana, pemulihan, dan pascapemulihan. Penanggulangan berupa penutupan sumur yang bocor dan pembersihan pantai terus dilakukan hingga Oktober mendatang.
Setelah itu, lanjut Acep, akan dilanjukan dengan pemulihan lingkungan dan pascapemulihan. “Pihak pertamina sudah menyanggupi hal itu termasuk memulihan lahan tambak dan sawah yang mingkin terpengaruh tumpahan minyak,”katanya.
Di tempat yang sama, Vice President Relations PHE, Ifki Sukarya menambahkan, pihak Pertamina sudah menerima data warga terdampak tumpahan minyak. Hanya saja pihaknya masih menunggu data yang sudah terverifikasi untuk menyalurkan kompensasi dan ganti rugi.