KARAWANG-Ratusan siswa SMPN 2 Lemahabang, melakukan aksi demonstrasi di depan sekolah yang beralamat di Desa Ciwaringin Kecamatan Lemahabang. Para siswa itu menuntut Kepala SMPN 2 Lemahabang, Nilnal Muna untuk turun dari jabatannya. Pasalnya, kebijakan kepala sekolah yang memungut iuran outing class sebesar Rp 750 ribu dianggap memberatkan para siswa.
Tidak hanya itu, kebijakan kepala sekolah bagi siswa yang tak ikut outing class ke Djogyakarta itu harus membayar Rp 400 ribu. “Copot (jabatan kepsek) segera. Ngaku guru agama, tapi kelakuan sering korupsi, ” teriak para siswa di depan gerbang SMPN 2 Lemahabang, Selasa (3/9).
Dasar kepsek dan komite sekolah untuk memungut iuran outing class itu dari surat yang diterbitkan sekolah pertanggal 27 Agustus dengan Nomor 422/097/TU/2019. Selain meneriaki kepala sekolah untuk dicopot para siswa juga membentangkan sejumlah spanduk yang isinya kata-kata sindiran dan tagihan pembangunan yang mangkrak dikerjakan pihak sekolah.
Baca Juga:BPJS Ketenagakerjaan Serahkan Bantuan TJSLPelaku Usaha Kuliner di Purwasuka Akui Keunggulan Bright Gas
Menyikapai aksi anak didiknya, Kepsek SMPN 2 Lemahabang, Nilnal Muna mengaku, sudah berkoordinasi dengan Disdikpora. Hasilnya ia pastikan bahwa outing class dibatalkan. Kemudian soal realisasi fisik dan pembangunan, ia berharap siswa sabar, karena semua butuh proses. Ada yang dari pemerintah dan ada yang tidak tercover pemerintah, maka jadi kebijakan bersama antara sekolah dengan komite atau orangtua siswa. “Soal tuntutan, silahkan disampaikan saja. Kita tampung dan terima,” katanya.
Senada, Wakasek kesiswaan SMPN 2 Lemahabang, Asmadi mengakui sempat kerepotan meredam aksi para siswa ini. Pihaknya sudah berupaya meredam optimal, tapi luapan emosi memang sulit terbendung. Namun, ditengah aksi masa, ia memberanikan diri bicara dihadapan para siswa, soal outing class sudah dipastikan batal.
Kemudian, soal pencopotan jabatan kepsek, pihaknya sudah berkoordinasi dengan pimpinan dan pihak terkait, bahwa Nilnal Muna ini, akan pindah tugas. Soal segera dan tidak, nanti dikoordinasikan dengan dinas. Yang terpenting saat ini, adalah bagaimana menyelesaikan persoalan internal soal tuntutan para siswa soal realisasi pembangunan dan program sekolah. “Saya hanya berupaya mendamaikan di tengah aksi siswa, sulit memang tapi ini harus bisa diselesaikan,” katanya.