KARAWANG-Menjelang HUT Karawang yang ke-386. Ternyata masih ada warga Karawang yang terpaksa tinggal di rumah yang mirip kandang Ayam. Seperti yang dilakukan oleh keluarga Abas Basari (48), warga Desa Gempol, Kecamatan Banyusari.
Karena kondisi kemiskinan Abas bersama istrinya Yoyoh (28), terpaksa tidur dalam sebuah gubuk bambu layaknya kandang ayam yang ukurannya cuma 3X2 meter di atas tanah negara milik PJT II, mereka juga memiliki 3 orang anak. Si sulung Tita Solihah (6) di, adiknya Hamdan sakuron (4) dan si bungsu masih balita Ahmad Rifai (1,5).
Abas Basari, Pria yang sehari-hari mencari rezeki dengan mengayuh becak ini harus berjuang keras untuk keluarganya, untuk bisa membawa makanan atau uang buat menghidupi istri dan tiga anaknya supaya bisa makan.
Baca Juga:Tradisi Siraman Gunung Tangkuban Parahu, Minta Keselamatan dan Jauh dari MusibahKPM Sejahtera Harus Lepaskan Statusnya
“Sehari-hari mengayuh becak di pasar, penghasilan tidak menentu,” ujar Abas, Selasa (10/9)
Dikatakan Abaa, penghasilannya sebagai tukang becak sangat memprihatinkan. Bahkan kadang, Dia pulang tanpa membawa uang sepeserpun maka tak bisa makan dan hanya makanan sisa buat anak-anaknya.
“Kalau tidak membawa uang untuk beli makanan anak-anak tidak makan,” katanya
Karena kesulitan ekonomi inilah, Abas Basari dan keluarga tak sanggup membangun rumah layak huni. Atau pun menyewa rumah. Karena tak ada tempat tinggal, dia pun meminta ijin pada pengelola tanah negara untuk bisa tinggal dibantaran akses jalan Gembongan untuk tinggal di tanah milik negara dengan membangun sebuah gubuk yang terbuat dari bambu sekelilingnya seperti pagar.
“Baru tinggal tiga bulan, setelah mendapat izin baru membangun,” katanya.
Abas dalam membangun gubuk menggunakan bambu-bambu bekas kandang ayam sebagai rumahnya. Dinding terbuat dari sarigsig bambu sekelilingnya tanpa ada kamar.
Kalau malam tiba, Abas mengaku tidur bersama istrinya secara berdempetan dengan ketiga anak mereka di dalam satu ruangan terbuat dari kayu bekas, di gubuk dengan alas kain usang yang kerap dipakai main buat tiga anak-anaknya pada siang hari.
Bukan itu saja, mereka pun harus rebahan di tempat yang sama dikala ngantuk. Selembar kain lusuh saja yang melindungi tubuh mereka dari dinginnya tanah dan udara malam. Meskipun begitu, Abas bersama keluarga tak protes dan hanya menerima keadaannya.