Salah satu peserta Ismail Ikhsan, mahasiswa pascasarjana Universitas Pasundan asal Jalan Otista Subang menyampaikan, ruang diskusi di Subang selama ini hadir hanya di kampus atau sekolah. Sepengetahuannya jarang sekali menemukan ruang seperti ini di tempat publik di Subang. Dia berharap bedah buku, juga membaca karya sastra, dan mendiskusikannya menjadi rutinitas, terselenggara setiap minggu atau bulan.
“Nyaris jarang menemukan, kegiatan macam ini. Membedah buku, diskusi, apalagi pesertanya saya lihat didomimasi anak muda, namun hari ini kita melihat bahwa antusias dan geliat itu ada. Saya pikir ini bagus sebagai nutrisi penyeimbang untuk kita sebagai kaum milenial, saat digempur oleh informasi tanpa tedeng aling-aling melalui media daring, ruang diskusi semacam ini bisa menjadi semacam filter,” pungkasnya.(*/vry)