SUBANG-Sejak terbakar Rabu sore, api yang hanguskan TPA Panembong hingga Kamis (19/9) kemarin, belum juga bisa dipadamkan. Material yang mudah terbakar dan menumpuk diantara berton-ton sampah di kawasan tersebut. Ditambah dengan kencangnya angin menjadi persoalan tersendiri bagi petugas yang sudah satu hari satu malam, terus berupaya memadamkan api. Belum lagi ditambah asap tebal disertai bau plastik terbakar yang menyesakan dada, membuat beberapa anggota Damkar Subang kehabisan oksigen hingga harus dibopong ke mobil ambulance.
Kepala UPTD TPA Panembong, Yaya Sunarya, merasa prihatin dengan terbakarnya TPA Panembong. Dia meminta pada masyarakat untuk turut sabar, karena upaya pemadaman hingga saat kemarin sore masih terus dilakukan. Kepulan asap yang masih tebal dan mengganggu masyarakat, menurut Yaya, disebabkan dari masih adanya api pada bagian dalam tumpukan sampah.
“Lahan yang terbakar mencapai 3 hektare. Kita mau gali dengan menggunakan alat berat, tapi pasti malah jadi rusak alatnya. Jadi terpaksa perlahan saja, terus dilakukan penyemprotan air oleh Damkar, kendati memang asapnya juga makin pekat saja,” ungkapnya.
Baca Juga:Belum Beroperasi, PT GDA Diprotes Warga karena Bau Kotoran SapiManajer Perusahaan Pengelola Dump Truck jadi Tersangka Kecelakaan Tol Cipularang
Dirinya juga menduga kebakaran di TPA panembong itu memang sengaja dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, sehingga banyak merugikan dan mengganggu banyak masyarakat Subang.
Hingga sampai sore kemarin, terpantau Pasundan Ekspres petugas pemadam masih terus berupaya melakukan pemadaman. Tidak ada yang bisa dimintai keterangan karena memang mendekati mereka cukup riskan. Terutama jarak pandang terbatas dan sesak nafas. Terlebih lagi mereka betul-betul terlihat kelelahan dalam upaya memadamkan apinya tersebut.
Relawan dari berbagai instansi seperti PMI, Dinkes dan BPBD juga nampak terlihat di lokasi kejadian. Mereka membagikan masker pada masyarakat terdekat di TPA Panembong, sebab asap yang terbawa angin merangsak ke arah pemukiman masyarakat.
Koyong salah satu relawan PMI mengatakan, dirinya bersama tim dari Dinkes akan terus stand by di lokasi, untuk antisipasi jika ada yang memerlukan bantuan oksigen, baik petugas, ataupun warga sekitar.
“Sebenarnya asap ini arahnya ditentukan oleh arah angin ya. Angin ke selatan, ya asapnya juga ke selatan. Jadi tidak menentu. Sekarang ke arah dekat pemukiman kena asap, beberapa menit kemudian ke arah lain. Terus saja begitu. Itu juga yang bikin sulit padam dan api juga asapnya terus mengepul,” jelas Koyong.