SUBANG-Sulitnya mendapatkan gas melon (3kg) berdampak terhadap pedagang kecil yang terpaksa beralih menggunakan gas non subsidi. Kelangkaan gas di Pantura juga sudah terjadi sejak awal September ini. Bahkan hingga kini, gas bersubsidi itu masih sulit didapati warga.
Salah satu penjual gorengan Karwan mengaku, terpaksa harus menggunakan gas non subsidi atau gas berukuran 5 kg. Sebab, ia mengaku sangat kesulitan untuk mencari gas 3 kg.
“Memang sulit, saya sudah semingguan ini pakai gas yang 5 Kg. Harganya 70 ribu itu dari agen kalau di warung mungkin 75 ribu,” ucap Karwan.
Baca Juga:Jumsih di Tapal Batas DesaKunjungi PT SPV, Kapolres Cek IPAL, Jamin Suasana Kondusif untuk Para Investor
Kondisi tersebut, kata Karwan, cukup menyulitkan diirnya. Sebab, selain menyita waktu mencari gas 3 Kg, modal untuk membeli gas pun menjadi bertambah. Namun katanya, harga gorengan yang ia jual sendiri masih sama dan tidak mengalami kenaikan.
“Kalau harga gorengan masih normal, tapi kan modal bertambah, ada omset yang berkurang juga,” ucapnya.
Sementara itu, salah satu penjual empal dikawasan Pamanukan Didin juga mengutarakan hal yang sama. Ia mengeluhkan sulitnya mencari gas LPG 3 Kg dari warung ke warung.
“Sulit, sangat sulit. Sekarang harganya sudah sampai 27.000. Mendinglah 27.000 kalau ada, ini mah harganya aja ada, tapi gas nya tetap susah,” ungkapnya.
Ia sendiri tidak mengetahui penyebab pasti mengapa gas LPG 3 kg itu sangat sulit akhir-akhir ini. Namun ia berharap, pemerintah segera mengambil solusi terkait ini. Sebab, dengan kondisi seperti itu, pedagang kecil seperti dirinya sangat dirugikan.
“Sudah mah jualan lagi agak sepi, gas mahal juga susah mencari nya. Harus ada solusi lah,” ucap Didin. (ygi/sep)