Kisah Aud yang Tak Patah Semangat Meski Lumpuh Total Sejak 2007
Sebuah rumah yang jauh dari kesan mewah, dengan ruang tamu tanpa kursi, dan lantai bertilam karpet plastik. Berbaring seorang pria yang sudah lama lumpuh, belum pernah menerima bantuan apapun dari pemerintah. Namun harapannya tetap tak redup, keterampilan yang dimilikinya dia manfaatkan untuk membuat kerajinan, yang di jual untuk memenuhi sebagian kebutuhannya sehari-hari.
Laporan INDRAWAN, Pasundan Ekspres
Topik Ahmad Hartono, atau biasa di sapa Aud, lumpuh total sejak tahun 2007, akibat kecelakaan kendaraan bermotor yang menimpanya. Sehari-hari dia hanya berbaring, sebab pengobatan yang dilakukannya harus terhenti sejak 8 tahun lalu lantaran tak ada biaya. Istri dan anaknya pergi meninggalkan Aud, kini dia tinggal dengan Ibunya di Kampung Poncol, RT 54 RW 18, Kelurahan Pasirkareumbi-Subang.
Tak patah semangat, sambil berbaring Aud mengerjakan kerajinan dari bekas botol-botol minuman kemasan yang dikumpulkan Ibunya. Dia membuat semacam lampion, kemudian dijual untuk menambah membeli keperluannya sehari-hari.
Baca Juga:New Astra Daihatsu Sigra Facelift 2019 DiluncurkanSamsat Siapkan Aplikasi Khusus untuk Kendaraan Penunggak Pajak
“Awalnya berobat medis seperti biasa, namun makin ke sini uang semakin habis. Ditambah tidak bisa kerja apapun, dulu juga belum ada BPJS. Sekarang sudah ada, urus-urusnya yang repot. Ibu sudah tua renta. Saya berdiri saja susah, ya jadi begini saja,” ungkap Aud.
Dia mengaku, tidak pernah menerima bantuan apapun dari pemerintah, meskipun beberapa tahun lalu dia juga tidak memungkiri. Pernah ada beberapa orang yang mengaku dari Pemda Subang, berkunjung dan melihat keadaan Aud. Kemudian hingga sekarang tidak pernah ada lagi. Setiap hari, sejak 12 tahun lalu, Aud menjalani hari-harinya dengan berbaring di ruang tengah rumahnya. Setiap pagi dan sore ibunya dengan telaten datang membawa sebaskom air untuk menyeka tubuh Aud.
“Ya namanya juga ke anak, mau bagaimanapun keadaannya, yang namanya ibu mah tetap harus tanggung jawab, untuk sehari-hari paling ya seada-adanya saja, dicukup-cukupkan,” jelas Ibu Aud, Anih.
Aud hanya berharap, hasil kerajinannya bisa dibeli oleh orang-orang, dia tidak mau meminta bantuan pada siapapun, sekalipun memang dia memerlukan banyak bantuan.(*/vry)