Pengangguran Subang Capai 67 Ribu, Milennial Subang Diskusi Cari Solusi
SUBANG-Angka penganguran di Subang setiap tahunnya trennya cenderung bergerak naik. Usia kerja di Subang sebanyak 1.2 juta lebih.
Sebanyak 790 ribu sudah bekerja, baik di dalam maupun di luar negeri. Sementara sisanya, atau sebanyak 67 ribu masih menjadi pengangguran, sisanya memilih berwiraswasta.
Hal itu terungkap dalam Workshop Milenial dengan Tema Relevansi Pendidikan dan Dunia Kerja di Dilagas Cafe Kelurahan Pasirkareumbi, Subang, Senin (30/9) yang melibatkan banyak kalangan milenial Subang.
Baca Juga:Mandaya Hospital Gelar Seminar MedisAliansi Wartawan Subang Unjuk Rasa Menolak 10 Pasal RKUHP yang Berpotensi Membungkam Pers
Untuk menjembatani problematika itu, Founder Community Social fro Development (CSD) Tiara Maulinda H menyebut, talkshow kali ini berangkat dari realitas Subang yang saat ini mulai alami peralihandari kota agraria ke kota industri.
“Setiap orang pada akhirnya bebas memilih untuk menjadi enterpreneur atau berkarir. Tadi terungkap mengapa sarjana banyak yang menganggur,” kata Tiara.
Sementara itu, Kepala Disnakertrans Kab. Subang H. Kusman Yuhana menyebut, saat ini tercatat ada sekitar 67.000 warga Subang masih menganggur dan belum terserap kerja setiap bulannya. Para pencari kerja lebih dari 3.000 orang namun yang diterima kerja hanya sekitar 10% saja atau sekitar 300 orang.
“Ada tiga faktor yang menyebabkan angka pengangguran sulit diturunkan. Pertama, lowongan kerja yang tidak terinformasikan secara baik. Kedua, ketidaksesuaian antara keterampilan dan kebutuhan bursa kerja. Terakhir, jumlah lowongan yang terbatas,” ucapnya.
Dilihat dari pencari kerja, Kusman juga mengatakan, umumnya para pencari kerja di Subang Lulusan SMA. Dari sekitar 13 Ribuan lulusan SLTA, setiap tahunnya masih memilih untuk bekerja ketimbang melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
“Data hasil analisa, dari 13 ribu lulusan setiap tahunnya, hanya 20 persen yang melanjutkan ke Pergruan Tinggi, sisanya memilih kerja dan mencari pekerjaan,” kata Kusman
Fenomena ini, kata Kusman menjadi masalah baru bagi bagi generasi muda ke depan. Dia berharap, fenomena itu harus diputar balik, lulusan SLTA lebih banyak melanjutkan pendidikan ketimbang bekerja.
Baca Juga:Kerugian Capai Rp 10 M, 300 Kios dan Los Hangus TerbakarAlun-Alun jadi Tempat Sementara Berdagang
“Pendidikan, apapun alasannya penting dan perlu. Dalam proses ini, bisa menjadi media untuk menguatkan skill. Muaranya, saya berharap banyak anak-anak muda memilih sebagai penyedia lapangan kerja melalui usaha kreatuf, ketimbang harus bekerja di tempat lain,” jelasnya.