PURWAKARTA-Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) DR KHEZ Muttaqien Purwakarta sukses menggelar kegiatan pengenalan lingkungan kampus (taaruf) di Aula Kampus Jalan Baru Maracang Nomor 35 Purwakarta. Kegiatan tersebut digelar selama tiga hari, yakni 27-29 September 2019.
Ketua Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru Surya Hadi Dharma menyebutkan, taaruf tahun ini merupakan angkatan terbanyak.
“Tiap tahun ada peningkatan, namun tahun ini jumlah terbanyak dengan total 312 mahasiswa dari enam program studi,” ujarnya kepada koran ini di Purwakarta, Senin (30/9).
Dari 312 mahasiswa itu, sambungnya, yang mengikuti kegiatan taaruf hanya 261 saja. “Meski tak semua ikut, namun angka minimal dari masing-masing prodi terpenuhi,” kata Surya.
Sementara Ketua Pelaksana Taaruf, Maulvi Arreza mengatakan, kegiatan tersebut merupakan kegiatan tahunan yang rutin diselenggarakan untuk calon mahasiswa baru.
Baca Juga:Faktor Alam Penyebab Robohnya SDN CileuncaHadirkan Nuansa Etik dalam Fashion Trunkshow
“261 yang ikut, pesertanya terdiri dari enam program studi yakni, Program studi agama islam, Ekonomi Syariah, Hukum Keleuarga Islam, Pendidikan Anaka Usia Dini, Pendidikan Bahasa Arab, dan Komunikasi Penyiaran Islam,” ucapnya.
Pengenalan kampus tersebut, kata dia, diharapkan bisa memberi cara pandang baru, khususnya bagi lulusan SLTA yang akan menjadi mahasiswa.
Senada disampaikan Presiden BEM STAI DR KH EZ Muttaqien Bais Asyari. Dirinya berharap kegiatan taaruf bisa menghasilkan mahasiswa yang kritis serta dapat berperan aktif dalam dunia kampus.
“Jadilah mahasiswa yang tidak berat sebelah, baik akademik maupun nonakademik. Prestasi atau IPK itu penting, tapi softskill dari organisasi kampus itu juga sangat penting sebagai sebuah kolaborasi yang cantik. Karena, kampus bukanlah akhir. Melainkan awal pencarian,” katanya.
Tak jauh berbeda dikatakan Ketua STAI DR KHEZ Muttaqien Imam Tabroni. Dirinya mengatakan, proses pembelajaran digital dalam era revolusi industri 4.0, menekankan perguruan tinggi untuk melakukan reorientasi kurikulum, hybrid/blended learning, dan life-long learning.
“Artinya bahwa kita harus dapat beradaptasi dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi dengan baik,” kata dia.
Dijelaskannya, pasar kerja saat ini membutuhkan berbagai kombinasi skills, 80 persen perusahaan mencari jiwa kepemimpinan dan mampu bekerja baik didalam tim.
“Kemampuan untuk membaca, analisis, dan menggunakan informasi (big data) di dunia digital masih kurang, oleh karena itu kita harus mengisi kekurangan tenaga kerja dalam bidang digital,” katanya.(add/vry)