Sedang yang itu sama sekali tidak membahayakan keamanan negara. Hanya membahayakan keamanan seorang presiden.
Di Amerika dibedakan: antara keamanan negara dengan keamanan presidennya.
Mengapa Trump melakukan pembicaraan telepon seperti itu?
Di bulan Juli itu Trump memang lagi tertekan. Oleh pemanggilan-pemanggilan DPR. Terkait dengan keterlibatan Rusia dalam Pemilu 2016 –yang memenangkannya.
Bulan itu Trump juga lagi tertekan untuk Pemilu 2020. Diketahui, dukungan untuk Joe Biden ternyata sangat tinggi. Capres dari Partai Demokrat itu mengunggulinya. Agak jauh.
Biden akan mengalahkan Trump di Pemilu 2020.
Di tengah tekanan itu Trump cari senjata.
Baca Juga:Bertahun Menyebrang dengan Perahu, Jembatan Gantung Desa Patimban Akan di BangunRespon Pembangunan Jalan Serangpanjang-Kalijati
Ketemu: Ukraina. Yang bagian timurnya lagi bergejolak. Minta merdeka. Didukung senjata Rusia.
Presiden Ukraina Zelensky, lagi merengek bantuan Amerika.
Kongres sudah menyetujui bantuan itu: sekitar Rp 6 triliun.
Tapi Trump membekukan bantuan itu. Tanpa alasan.
Semula Ukraina heran: ada apa?
Baru tanggal 25 Juli itu Zelensky tahu: terkait dengan politik dalam negeri Amerika.
Hari itu Zelensky menerima telepon dari Trump. Isinya –seperti tersiar di transkrip– Trump menginginkan imbalan untuk bantuan itu.
Ada quid pro quo di balik pembekuan itu.
Yakni: agar Zelensky memerintahkan aparatnya. Untuk menyelidiki kebijakan Joe Biden terkait Ukraina. Yakni saat Biden menjabat wakil presiden.
Trump akan memakai hasil penyelidikan tersebut untuk menjatuhkan pesaingnya itu. Agar bisa menang lagi di Pemilu 2020.
Permintaan Trump itu tidak hanya untuk penyelidiki Biden. Terutama mengenai keterlibatan Hunter Biden, anak bungsu Biden.
Saat Biden mendampingi Barack Obama, Hunter duduk sebagai pengurus di sebuah perusahaan energi Ukraina.
Baca Juga:Program Sapa Warga, Ketua RW Dapat PonselIndikasi Pendangkalan Sungai Cidadapan, Sektor 13 Sidak PT Selo Agung
Transkrip pembicaraan telepon itulah yang dipakai si Peniup Peluit membuat laporan di atas.
Info itu ditangani serius oleh DPR. Tidak ada tanda-tanda transaksional dengan kekuasaan. Di parlemen sana. Di Amerika.
Kongres juga menanyakan yang lain: mengapa bantuan Rp 6 triliun itu tidak segera dicairkan.
Semula Trump mengatakan ‘khawatir bantuan itu dikorupsi di Ukraina’.
Belakangan Trump beralasan ‘mengapa hanya Amerika yang membantu Ukraina. Mestinya kan juga Eropa’.
Pokoknya, mbulet.
Trump sendiri berangnya luar biasa. Twitter-nya juga kian banyak –dan kian seru.