Setelah Bioskop Angkasa, Shinta dan Chandra Bangkrut, Subang Tidak Punya Bioskop
Bioskop di Kabupaten Subang, bukan hanya Bioskop Chandra di Pujasera saja yang sangat terkenal pada eranya. Ada bioskop Angkasa dan Shinta. Sayangnya, setelah sejumlah bioskop bangkrut, Kabupaten Subang sudah tidak memiliki bioskop lagi.
YUGO EROSPRI, Subang
Kehadiran bioskop di Kabupaten Subang sudah mulai bertumbuh sejak tahun 1980. Berawal dari layar tancap tetap, dengan guyonan gerimis bubar (misbar), hingga berkembamg menjadi bioskop.
Baca Juga:Jalan Sehat Bareng Menteri Hadiah Umroh MenantiTahun 2020, Surat Keterangan Tidak Mampu Dihapus
Mantan pegawai Bioskop Angkasa Mulya Theatre Momo Supriatmo (47) mengatakan, Bioskop Angkasa yang berlokasi di Jalan Raya Cipaku, kini bangunannya sudah usang dan tidak beroperasi sejak bertahun-tahun yang lalu.
Bioskop tersebut, merupakan salah satu bioksop pertama yang ada di Kabupaten Subang, baru setelahnya muncul bioskop-bioskop lainnya seperti bioskop Shinta dan Chandra. “Ini merupakan bioskop pertama, baru setelahnya menyusul bioskop lainnya,” ujarnya.
Dijelaskan Momo, Bioskop Angkasa sendiri berdiri sejak tahun 1980 an. Walaupun awal berdirinya hanya menggunakan bambu-bambu dan bes atau bangku semen yang membentuk seperti tribun. Bioskop Angkasa merupakan bioskop idola warga Kecamatan Cibogo dan sekitarnya kala itu.
“Bioskop Angkasa mulai dibangun dengan bahan bangunan beton di awal tahun 1990 an. Sampai saat ini bangunannya masih berdiri tegak, namun seperti yang tidak terurus. Kondisinya seperti ini, namun karena sudah terlalu lama dibiarkan, jadinya ya begitu saja,” katanya.
Pemilik Bioskop Angkasa, Momo menuturkan, bernama Dirman. Momo bekerja menjadi petugas proyektor di Bioskop Angkasa. Bioskop Angkasa juga melayani tontonan keliling dengan konsep layar tancap. Ada 7 daerah yang rutin menggelar layar tancap, seperti di daerah Pagaden, Subang, Sagalaherang dan yang lainnya. “Perhari, bisa memutar 2-3 film di masing-masing daerah, dengan konsep layar tancap,” ungkapnya.
Dijelaskan Momo, awal mula karcis menonton bioskop angkasa tersebut dipatok Rp 200.000 per film. Momo sebagai petugas proyektor, mendapatkan upah Rp 45.000 per bulannya. Bioskop Angkasa sangat terkenal, bahkan ketika memutar film para pengunjung yang menonton bisa mencapai 150-200 orang.
Semakin bertambahnya teknologi dengan banyaknya penjualan kaset film berbentuk piringan dan lainnya, menjadikan pengunjung menjadi kian sepi. Belum lagi bermunculan bioskop lainnya, seperti Chandra dan Shinta.